Halaman

    Social Items

pasang

XXX Nada4D - Cerita Sex Kenikmatan ketika aku sedang DIJARAH dua teman lelakiku bagian 2, Malam harinya selesai makan kami semua berkumpul diruang tengah, Andri langsung memutar VCD X-2. Adegan demi adegan di film mempengaruhi kami, terutama kawan-kawan pria, mereka kelihatan gelisah. Film masih setengah main Susi dan Kelvin menghilang, tak lama kemudian disusul oleh Andra dan Vito.


Tinggal aku, Toni dan Andri, kami duduk dilantai bersandar pada sofa, aku di tengah. Melihat adegan film yang bertambah panas membuat birahiku terusik. Rasa gatal menyeruak dikewanitaanku mengelitik sekujur tubuh dan setiap detik berlalu semakin memuncak saja, aku jadi salah tingkah. Toni yang pertama melihat kegelisahanku.

Cerita Sex Kenikmatan ketika aku sedang DIJARAH dua teman lelakiku bagian 2

“Kenapa Ver, gelisah banget horny ya” tegurnya bercanda.

“Ngga lagi, ngaco kamu Ton” sanggahku.

“Kalau horny bilang aja Ver.. hehehe.. kan ada kita-kita” Andri menimpali.

“Rese nih berdua, nonton aja tuh” sanggahku lagi menahan malu.


Toni tidak begitu saja menerima sanggahanku, diantara kami ia paling tinggi jam terbangnya sudah tentu ia tahu persis apa yang sedang aku rasakan. Toni tidak menyia-nyiakannya, bahuku dipeluknya seperti biasa ia lakukan, seakan tanpa tendensi apa-apa.


“Santai Ver, kalau horny enjoy aja, gak usah malu.. itu artinya kamu normal” bisik Toni sambil meremas pundakku.


Remasan dan terpaan nafas Toni saat berbisik menyebabkan semua bulu-bulu di tubuhku meremang, tanpa terasa tanganku meremas ujung rok. Toni menarik tanganku meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya, tak ayal lagi tanganku jadi meremas pahanya. Situs Slot Online


“Remas aja paha aku Ver daripada rok” bisik Toni lagi.


Kalau sedang bercanda jangankan paha, pantatnya yang \’geboy\’ saja kadang aku remas tanpa rasa apapun, kali ini merasakan paha Toni dalam remasanku membuat darahku berdesir keras.


“Ngga usah malu Ver, santai aja” lanjutnya lagi.


Entah karena bujukannya atau aku sendiri yang menginginkan, tidak jelas, yang pasti tanganku tidak beranjak dari pahanya dan setiap ada adegan yang \’wow\’ kuremas pahanya. Merasa mendapat angin, Toni melepaskan rangkulannya dan memindahkan tangannya di atas pahaku, awalnya masih dekat dengkul lama kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya membuatku merinding.


Entah bagaimana mulainya tanpa kusadari tangan Toni sudah berada dipaha dalamku, tangannya mengelus-elus dengan halus, ingin menepis, tapi, rasa geli-geli enak yang timbul begitu kuatnya, membuatku membiarkan kenakalan tangan Toni yang semakin menjadi-jadi.


“Ver gue suka deh liat leher sama pundak kamu” bisik Toni seraya mengecup pundakku.

Aku yang sudah terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan kecupannya itu.

“Jangan Ton” namun aku berusaha menolak.

“Kenapa Ver, cuma pundak aja kan” tanpa perduli penolakanku Toni tetap saja mengecup, bahkan semakin naik keleher, disini aku tidak lagi berusaha \’jaim\’.


“Ton.. ahh” desahku tak tertahan lagi.

“Enjoy aja Ver” bisik Toni lagi, sambil mengecup dan menjilat daun telingaku.

“Ohh Ton” aku sudah tidak mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam sejak melihat \’live show\’ dan film, perlahan merayapi lagi tubuhku.


Aku hanya mampu tengadah merasakan kenikmatan mulut Toni di leher dan telingaku. Andri yang sedari tadi asik nonton melihatku seperti itu tidak tinggal diam, ia pun mulai turut melakukan hal yang sama. Pundak, leher dan telinga sebelah kiriku jadi sasaran mulutnya.


Melihat aku sudah pasrah mereka semakin agresif. Tangan Toni semakin naik hingga akhirnya menyentuh kewanitaanku yang masih terbalut CD. Elusan-elusan di kewanitaanku, remasan Andri di payudaraku dan kehangatan mulut mereka dileherku membuat magma birahiku menggelegak sejadi-jadinya.


“Agghh.. Tonn.. Drii.. ohh.. sshh” desahanku bertambah keras.


Andri menyingkap tang-top dan braku bukit kenyal 34b-ku menyembul, langsung dilahapnya dengan rakus. Toni juga beraksi memasukan tangannya kedalam CD meraba-raba kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan pelicin. Aku jadi tak terkendali dengan serangan mereka tubuhku bergelinjang keras.


“Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh” desahanku berganti menjadi erangan-erangan.


Mereka melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan dilantai beralas karpet dan mereka pun kembali menjarahnya. Andri melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya.


Sementara Toni menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaanku, lidahnya bergerak-gerak liar di klitorisku, bersamaan dengan itu Andri pun sudah melumat payudaraku, putingku yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya.


Diperlakukan seperti itu membuatku kehilangan kesadaran, tubuhku bagai terbang diawang- awang, terlena dibawah kenikmatan hisapan-hisapan mereka. Bahkan aku mulai berani punggung Andri kuremas-remas, kujambak rambutnya dan merengek-rengek meminta mereka untuk tidak berhenti melakukannya.


“Aaahh.. Tonn.. Drii.. teruss.. sshh.. enakk sekalii”

“Nikmatin Ver.. nanti bakal lebih lagi” bisik Andri seraya menjilat dalam-dalam telingaku.


Mendengar kata \’lebih lagi\’ aku seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggul kuangkat-angkat, ingin Toni melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami, disantapnya kewanitaanku dengan menyedot-nyedot gundukan daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairanku. Tidak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhku menegang, kupeluk Andri-yang sedang menikmati puting susu-dengan kuatnya.


“Aaagghh.. Tonn.. Drii.. akuu.. oohh” jeritku keras, dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam kewanitaanku. Tubuhku melemas.. lungai.


Toni dan Andri menyudahi \’hidangan\’ pembukanya, dibiarkan tubuhku beristirahat dalam kepolosan, sambil memejamkan mata kuingat-ingat apa yang baru saja kualami. Permainan Andri di payudara dan Toni di kewanitaanku yang menyebarkan kenikmatan yang belum pernah kualami sebelumnya, dan hal itu telah kembali menimbulkan getar-getar birahi diseluruh tubuhku.


Aku semakin tenggelam saja dalam bayang-bayang yang menghanyutkan, dan tiba-tiba kurasakan hembusan nafas ditelingaku dan rasa tidak asing lagi.. hangat basah.. Ahh.. bibir dan lidah Andri mulai lagi, tapi kali ini tubuhku seperti di gelitiki ribuan semut, ternyata Andri sudah polos dan bulu-bulu lebat di tangan dan dadanya menggelitiki tubuhku. Begitupun Toni sudah bugil, ia membuka kedua pahaku lebar-lebar dengan kepala sudah berada diantaranya.


Mataku terpejam, aku sadar betul apa yang akan terjadi, kali ini mereka akan menjadikan tubuhku sebagai \’hidangan\’ utama. Ada rasa kuatir dan takut tapi juga menantikan kelanjutannya dengan berdebar.


Begitu kurasakan mulut Toni yang berpengalaman mulai beraksi.. hilang sudah rasa kekuatiran dan ketakutanku. Gairahku bangkit merasakan lidah Toni menjalar dibibir kemaluanku, ditambah lagi Andri yang dengan lahapnya menghisap-hisap putingku membuat tubuhku mengeliat-geliat merasakan geli dan nikmat dikedua titik sensitif tubuhku.


“Aaahh.. Tonn.. Drii.. nngghh.. aaghh” rintihku tak tertahankan lagi.


Toni kemudian mengganjal pinggulku dengan bantal sofa sehingga pantatku menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dikemaluanku. Kali ini ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang kenikmatanku, bergerak-gerak liar diantara kemaluan dan anus, seluruh tubuhku bagai tersengat aliran listrik aku hilang kendali.


Aku merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lalu kurasakan sesuatu yang hangat keras berada dibibirku.. kejantanan Andri! Aku mengeleng-gelengkan kepala menolak keinginannya, tapi Andri tidak menggubrisnya ia malah manahan kepalaku dengan tangannya agar tidak bergerak.


“Jilat.. Ver” perintahnya tegas.

Aku tidak lagi bisa menolak, kujilat batangnya yang besar dan sudah keras membatu itu, Andri mendesah-desah merasakan jilatanku.

“Aaahh.. Verr.. jilat terus.. nngghh” desah Andri.

“Jilat kepalanya Ver” aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak.


Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya menjilat-jilat batang penis itu, lidahku berputar dikepala kemaluannya membuat Andri mendesis desis.

“Ssshh.. nikmat sekali Verr.. isep sayangg.. isep” pintanya diselah-selah desisannya.


Aku tak tahu harus berbuat bagaimana, kuikuti saja apa yg pernah kulihat di film, kepala kejantanannya pertama-tama kumasukan kedalam mulut, Andri meringis.

“Jangan pake gigi Ver.. isep aja” protesnya, kucoba lagi, kali ini Andri mendesis nikmat.

“Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak.. Ver”


Melihat Andri saat itu membuatku turut larut dalam kenikmatannya, apalagi ketika sebagian kejantanannya melesak masuk menyentuh langit-langit mulutku, belum lagi kenakalan lidah Toni yang tiada henti-hentinya menggerayangi setiap sudut kemaluanku. Aku semakin terombang-ambing dalam gelombang samudra birahi yang melanda tubuhku, aku bahkan tidak malu lagi mengocok-ngocok kejantanan Andri yang separuhnya berada dalam mulutku.


Beberapa saat kemudian Andri mempercepat gerakan pinggulnya dan menekan lebih dalam batang kemaluannya, tanganku tak mampu menahan laju masuknya kedalam mulutku. Aku menjadi gelagapan, ku geleng-gelengkan kepalaku hendak melepaskan benda panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya, gelengan kepalaku membuat kemaluannya seperti dikocok-kocok. Andri bertambah beringas mengeluar-masukan batangnya dan..


“Aaagghh.. nikmatt.. Verr.. aku.. kkeelluaarr” jerit Andri, air maninya menyembur-nyembur keras didalam mulutku membuatku tersedak, sebagian meluncur ke tenggorokanku sebagian lagi tercecer keluar dari mulutku.


Aku sampai terbatuk-batuk dan meludah-ludah membuang sisa yang masih ada dimulutku. Toni tidak kuhiraukan aku langsung duduk bersandar menutup dadaku dengan bantal sofa.


“Gila Andri.. kira-kira dong” celetukku sambil bersungut-sungut.

“Sorry Ver.. ngga tahan.. abis isepan kamu enak banget” jawab Andri dengan tersenyum.

“Udah Ver jangan marah, kamu masih baru nanti lama lama juga bakal suka” sela Toni seraya mengambilkan aku minum dan membersihkan sisa air mani dari mulutku.


Toni benar, aku sebenarnya tadi menikmati sekali, apalagi melihat mimik Andri saat akan keluar hanya saja semburannya yang membuatku kaget. Toni membujuk dan memelukku dengan lembut sehingga kekesalanku segera surut.


Dikecupnya keningku, hidungku dan bibirku. Kelembutan perlakuannya membuatku lupa dengan kejadian tadi. Kecupan dibibir berubah menjadi lumatan-lumatan yang semakin memanas kami pun saling memagut, lidah Toni menerobos mulutku meliuk-liuk bagai ular, aku terpancing untuk membalasnya.


Ohh.. sungguh luar biasa permainan lidahnya, leher dan telingaku kembali menjadi sasarannya membuatku sulit menahan desahan-desahan kenikmatan yang begitu saja meluncur keluar dari mulutku.


Toni merebahkan tubuhku kembali dilantai beralas karpet, kali ini dadaku dilahapnya puting yang satu dihisap-hisap satunya lagi dipilin-pilin oleh jari-jarinya. Dari dada kiriku tangannya melesat turun ke kewanitaanku, dielus-elusnya kelentit dan bibir kemaluanku. Tubuhku langsung mengeliat-geliat merasakan kenakalan jari-jari Toni.


“Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh” desisku tak tertahan.

“Teruss.. Tonn.. aakkhh”


Aku menjadi lebih menggila waktu Toni mulai memainkan lagi lidahnya di kemaluanku, seakan kurang lengkap kenikmatan yang kurasakan, kedua tanganku meremas-remas payudaraku sendiri.


“Ssshh.. nikmat Tonn.. mmpphh” desahanku semakin menjadi-jadi.


Tak lama kemudian Toni merayap naik keatas tubuhku, aku berdebar menanti apa yang akan terjadi. Toni membuka lebih lebar kedua kakiku, dan kemudian kurasakan ujung kejantanannya menyentuh mulut kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan cinta.


“Aauugghh.. Tonn.. pelann” jeritku lirih, saat kepala kejantanannya melesak masuk kedalam rongga kemaluanku.


Toni menghentikan dorongannya, sesaat ia mendiamkan kepala kemaluannya dalam kehangatan liang kewanitaanku. Kemudian-masih sebatas ujungnya-secara perlahan ia mulai memundur-majukannya. Sesuatu yang aneh segera saja menjalar dari gesekan itu keseluruh tubuhku. Rasa geli, enak dan entah apalagi berbaur ditubuhku membuat pinggulku mengeliat-geliat mengikuti tusukan-tusukan Toni.


“Ooohh.. Tonn.. sshh.. aahh.. enakk Tonn” desahku lirih.


Aku benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa akibat gesekan-gesekan di mulut kewanitaanku. Mataku terpejam-pejam kadang kugigit bibir bawahku seraya mendesis.


“Enak.. Ver” tanya Toni berbisik.

“He ehh Tonn.. oohh enakk.. Tonn.. sshh”

“Nikmatin Ver.. nanti lebih enak lagi” bisiknya lagi.

“Ooohh.. Tonn.. ngghh”


Toni terus mengayunkan pinggulnya turun-naik-tetap sebatas ujung kejantanannya-dengan ritme yang semakin cepat. Selagi aku terayun-ayun dalam buaian birahi, tiba-tiba Toni menekan kejantanannya lebih dalam membelah kewanitaanku.


“Auuhh.. sakitt Tonn” jeritku saat kejantanannya merobek selaput daraku, rasanya seperti tersayat silet, Toni menghentikan tekanannya.

“Pertama sedikit sakit Ver.. nanti juga hilang kok sakitnya” bisik Toni seraya menjilat dan menghisap telingaku.


Entah bujukannya atau karena geliat liar lidahnya, yang pasti aku mulai merasakan nikmatnya milik Toni yang keras dan hangat didalam rongga kemaluanku.


Toni kemudian menekan lebih dalam lagi, membenamkan seluruh batang kemaluannya dan mengeluar-masukannya. Gesekan kejantanannya dirongga kewanitaanku menimbulkan sensasi yang luar biasa! Setiap tusukan dan tarikannya membuatku menggelepar-gelepar.


“Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk Tonn.. empphh” desahku tak tertahan.

“Ohh.. Verr.. enak banget punya kamu.. oohh” puji Toni diantara lenguhannya.

“Agghh.. terus Tonn.. teruss” aku meracau tak karuan merasakan nikmatnya hujaman-hujaman kejantanan Toni di kemaluanku.


Peluh-peluh birahi mulai menetes membasahi tubuh. Jeritan, desahan dan lenguhan mewarnai pergumulan kami. Menit demi menit kejantanan Toni menebar kenikmatan ditubuhku. Magma birahi semakin menggelegak sampai akhirnya tubuhku tak lagi mampu menahan letupannya.


“Tonii.. oohh.. tekan Tonn.. agghh.. nikmat sekali Tonn” jeritan dan erangan panjang terlepas dari mulutku. Tubuhku mengejang, kupeluk Toni erat-erat, magma birahiku meledak, mengeluarkan cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung kewanitaanku.


Tubuhku terkulai lemas, tapi itu tidak berlangsung lama. Beberapa menit kemudian Toni mulai lagi memacu gairahku, hisapan dan remasan didadaku serta pinggulnya yang berputar kembali membangkitkan birahiku. Lagi-lagi tubuhku dibuat mengelepar-gelepar terayun dalam kenikmatan duniawi. Tubuhku dibolak-balik bagai daging panggang, setiap posisi memberikan sensasi yang berbeda.


Entah berapa kali kewanitaanku berdenyut-denyut mencapai klimaks tapi Toni sepertinya belum ingin berhenti menjarah tubuhku. Selagi posisiku di atas Toni, Andri yang sedari tadi hanya menonton serta merta menghampiri kami, dengan berlutut ia memelukku dari belakang. Leherku dipagutnya seraya kedua tangannya memainkan buah dadaku. Apalagi ketika tangannya mulai bermain-main diklitorisku membuatku menjadi tambah meradang.


Kutengadahkan kepalaku bersandar pada pundak Andri, mulutku yang tak henti-hentinya mengeluarkan desahan dan lenguhan langsung dilumatnya. Pagutan Andri kubalas, kami saling melumat, menghisap dan bertukar lidah. Pinggulku semakin bergoyang berputar, mundur dan maju dengan liarnya. Aku begitu menginginkan kejantanan Toni mengaduk-aduk seluruh isi rongga kewanitaanku yang meminta lebih dan lebih lagi.


“Aaargghh.. Verr.. enak banget.. terus Ver.. goyang terus” erang Toni.


Erangan Toni membuat gejolak birahiku semakin menjadi-jadi, kuremas buah dadaku sendiri yang ditinggalkan tangan Andri.. Ohh aku sungguh menikmati semua ini. Andri yang merasa kurang puas meminta merubah posisi. Toni duduk disofa dengan kaki menjulur dilantai, Akupun merangkak kearah batang kemaluannya.


“Isep Ver” pinta Toni, segera kulumat kejantanannya dengan rakus.

“Ooohh.. enak Ver.. isep terus”


Bersamaan dengan itu kurasakan Andri menggesek-gesek bibir kemaluanku dengan kepala kejantanannya. Tubuhku bergetar hebat, saat batang kemaluan Andri-yang satu setengah kali lebih besar dari milik Toni-dengan perlahan menyeruak menembus bibir kemaluanku dan terbenam didalamnya.


Tusukan-tusukan kejantanan Andri serasa membakar tubuh, birahiku kembali menggeliat keras. Aku menjadi sangat binal merasakan sensasi erotis dua batang kejantanan didalam tubuhku. Batang kemaluan Toni kulumat dengan sangat bernafsu. Kesadaranku hilang sudah naluriku yang menuntun melakukan semua itu.


“Verr.. terus Verr.. gue ngga tahan lagi.. Aaarrgghh” erang Toni.

Aku tahu Toni akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya dimulutku, aku lebih siap kali ini. Selang berapa saat kurasakan semburan-semburan hangat sperma Toni.


“Aaagghh.. nikmat banget Verr.. isep teruss.. telan Verr” jerit Toni, lagi-lagi naluriku menuntun agar aku mengikuti permintaan Toni, kuhisap kejantananya yang menyemburkan cairan hangat dan.. kutelan cairan itu. Aneh! Entah karena rasanya, atau sensasi sexual karena melihat Toni yang mencapai klimaks, yang pasti aku sangat menyukai cairan itu. Kulumat terus itu hingga tetes terakhir dan benda keras itu mengecil.. lemas.


Toni beranjak meninggalkan aku dan Andri, sepeninggal Toni aku merasa ada yang kurang. Ahh.. ternyata dikerjai dua pria jauh lebih mengasikkan buatku. Namun hujaman-hujaman kemaluan Andri yang begitu bernafsu dalam posisi \’doggy\’ dapat membuatku kembali merintih-rintih.


Apalagi ditambah dengan elusan-elusan Ibu jarinya dianusku. Bukan hanya itu, setelah diludahi Andri bahkan memasukan Ibu jarinya ke lubang anusku. Sodokan-sodokan dikewanitaanku dan Ibu jarinya dilubang anus membuatku mengerang-erang.


“Ssshh.. engghh.. yang keras Drii.. mmpphh”

“Enak banget Drii.. aahh.. oohh”


Mendengar eranganku Andri tambah bersemangat menggedor kedua lubangku, Ibu jarinya kurasakan tambah dalam menembus anusku, membuatku tambah lupa daratan.


Sedang asiknya menikmati, Andri mencabut kejantanan dan Ibu jarinya. Situs Slot Online Indonesia

“Andrii.. kenapa dicabutt” protesku.

“Masukin lagi Dri.. pleasee” pintaku menghiba.


Sebagai jawaban aku hanya merasakan ludah Andri berceceran di lubang anusku, tapi kali ini lebih banyak. Aku masih belum mengerti apa yang akan dilakukannya. Saat Andi mulai menggosok kepala penisnya dilubang anus baru aku sadar apa yang akan dilakukannya.


“Andrii.. pleasee.. jangan disitu” aku menghiba meminta Andri jangan melakukannya.


Andri tidak menggubris, tetap saja digosok-gosokannya, ada rasa geli-geli enak kala ia melakukan hal itu. Dibantu dengan sodokan jarinya dikemaluanku hilang sudah protesku. Tiba-tiba kurasakan kepala kemaluannya sudah menembus anusku. Perlahan namun pasti, sedikit demi sedikit batang kenikmatannya membelah anusku dan tenggelam habis didalamnya.


“Aduhh sakitt Drii.. akhh..!” keluhku pasrah karena rasanya mustahil menghentikan Andri.

“Rileks Ver.. seperti tadi, nanti juga hilang sakitnya” bujuknya seraya mencium punggung dan satu tangannya lagi mengelus-elus klitorisku.


Separuh tubuhku yang tengkurap disofa sedikit membantuku, dengan begitu memudahkan aku untuk mencengram dan mengigit bantal sofa untuk mengurangi rasa sakit. Berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, aku bahkan mulai menyukai batang keras Andri yang menyodok-nyodok anusku. Perlahan-lahan perasaan nikmat mulai menjalar disekujur tubuhku.


“Aaahh.. aauuhh.. oohh Drii” erang-erangan birahiku mewarnai setiap sodokan penis Andri yang besar itu. Andri dengan buasnya menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras Andri menghujamkan kejantananya semakin aku terbuai dalam kenikmatan.


Toni yang sudah pulih dari \’istirahat\’nya tidak ingin hanya menonton, ia kembali bergabung. Membayangkan akan dijarah lagi oleh mereka menaikan tensi gairahku. Atas inisiatif Toni kami pindah kekamar tidur, jantungku berdebar-debar menanti permainan mereka.


Toni merebahkan diri terlentang ditempat tidur dengan kepala beralas bantal, tubuhku ditarik menindihinya. Sambil melumat mulutku-yang segera kubalas dengan bernafsu-ia membuka lebar kedua pahaku dan langsung menancapkan kemaluannya kedalam vaginaku. Andri yang berada dibelakang membuka belahan pantatku dan meludahi lubang anusku.


Menyadari apa yang akan mereka lakukan menimbulkan getaran birahi yang tak terkendali ditubuhku. Sensasi sexual yang luar bisa hebat kurasakan saat kejantanan mereka yang keras mengaduk-aduk rongga kewanitaan dan anusku. Hentakan-hentakan milik mereka dikedua lubangku memberi kenikmatan yang tak terperikan.


Andri yang sudah lelah berlutut meminta merubah posisi, ia mengambil posisi tiduran, tubuhku terlentang diatasnya, kejantanannya tetap berada didalam anusku. Toni langsung membuka lebar-lebar kakiku dan menghujamkan kejantanannya dikemaluanku yang terpampang menganga.


Posisi ini membuatku semakin menggila, karena bukan hanya kedua lubangku yang digarap mereka tapi juga payudaraku. Andri dengan mudahnya memagut leherku dan satu tangannya meremas buah dadaku, Toni melengkapinya dengan menghisap puting buah dadaku satunya. Aku sudah tidak mampu lagi menahan deraan kenikmatan demi kenikmatan yang menghantam sekujur tubuhku.


Hantaman-hantaman Toni yang semakin buas dibarengi sodokan Andri, sungguh tak terperikan rasanya. Hingga akhirnya kurasakan sesuatu didalam kewanitaanku akan meledak, keliaranku menjadi-jadi.


“Aaagghh.. ouuhh.. Tonn.. Drii.. tekaann” jerit dan erangku tak karuan.


Dan tak berapa lama kemudian tubuhku serasa melayang, kucengram pinggul Toni kuat-kuat, kutarik agar batangnya menghujam keras dikemaluanku, seketika semuanya menjadi gelap pekat. Jeritanku, lenguhan dan erangan mereka menjadi satu.


“Aduuhh.. Tonn.. Drii.. nikmat sekalii”

“Aaarrghh.. Verr.. enakk bangeett”


Keduanya menekan dalam-dalam milik mereka, cairan hangat menyembur hampir bersamaan dikedua lubangku. Tubuhku bergetar keras didera kenikmatan yang amat sangat dahsyat, tubuhku mengejang berbarengan dengan hentakan-hentakan dikewanitaanku dan akhirnya kami.. terkulai lemas.


Sepanjang malam tak henti-hentinya kami mengayuh kenikmatan demi kenikmatan sampai akhirnya tubuh kami tidak lagi mampu mendayung. Kami terhempas kedalam mimpi dengan senyum kepuasan. Dihari-hari berikutnya bukan hanya Andri dan Toni yang memberikan kepuasan, tapi juga pria-pria lain yang aku sukai.


Tapi aku tidak pernah bisa meraih kenikmatan bila hanya dengan satu pria.. aku baru akan mencapai kepuasan bila \’dijarah\’ oleh dua atau tiga pria sekaligus.

Cerita Sex Kenikmatan ketika aku sedang DIJARAH dua teman lelakiku bagian 2

XXX Nada4D - Cerita Sex Cerita hot selingkuh dengan istri bos, Namaku Aryo, aku sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak, umurku masih 33 tahun. Isteriku cantik putih dan baik sekali bahkan sangking baiknya dia mau menerima aku apa adanya, walaupun gajiku pas-pasan tapi dia tetap mencintaiku. Wajahku tidaklah ganteng atau macho akan tetapi biasa-biasa saja dan aku bukan pemuda yang tinggi, tinggiku hanya 162 cm dengan berat sekitar 54 kg.


Tapi walaupun demikian aku termasuk orang yang beruntung karena beberapa kali aku memiliki selingkuhan yang cantik-cantik, jadi pengalamanku cukup banyak. Semua wanita yang menjadi pacar gelapku senang bermain seks denganku karena aku dapat memuaskan mereka, karena aku bisa memberikan kepuasan kepada mereka beberapa kali, bahkan sampai 8 kali orgasme ketika aku berpacaran dengan gadis bule.

Cerita Sex Cerita hot selingkuh dengan istri bos

Pengalamanku kali ini terjadi ketika tahun 2015 saat aku pergi ke Yogyakarta untuk urusan bisnis. Kebetulan aku bekerja di sebuah perusahaan ekspedisi penelitian dan ekowisata maka aku berangkat ke kota Yogya dalam acara pameran ekowisata. Saat itu aku pergi sendirian dengan menggunakan kereta executive.


Pertama kalinya aku pergi ke Yogya sendirian jadi aku tidak begitu hapal kota Yogya tapi dengan modal nekat dan keberanian akupun memberanikan diri seolah-olah aku sering datang ke kota tersebut. Tadinya aku akan pergi dengan isteri bos ku yang kebetulan sering pergi ke Yogya. Karena masih ada urusan di Jakarta maka isteri bosku tidak jadi menemaniku. Slot Online Terpercaya


Isteri bosku (Bernama Mbak Susi) wajahnya cukup menarik dengan kulit yang coklat dan hitam manis dan badannya yang sintal walaupun usianya sudah menginjak 39 tahun tapi masih kelihatan sintal dan berisi, maklumlah sering aerobik dan olah raga.


Pada waktu aku di Yogya, Mbak Susi sering meneleponku hampir setiap hari bahkan sehari bisa lebih dari 2, pada mulanya aku sendiri tidak tahu mengapa dia sering telpon aku. Saat itu, aku tinggal di sebuh hotel yang lumayan bagus, bersih dan murah di dekat jalan Malioboro. Karena aku sendirian di kota itu aku seringkali kesepian dan aku selalu ingat anak dan isteriku.


Akan tetapi itu semua hilang ketika Mbak Susi meneleponku dan aku selalu menggodanya bahwa aku kesepian dan horny di kota ini karena aku sering dengar erangan kenikmatan dari sebelah kamarku, dia hanya tertawa saja. Bahkan dia menggodaku untuk mencari wanita Yogya saja buat menemaniku.


Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa bosku menyuruh Mbak Susi untuk menemaniku di Yogya, aku berfikir wah ini kesempatan yang baik buatku untuk menggodanya, memang keberuntungan masih berpihak pada diriku. Akhirnya dia bilang bahwa dia akan menyusul dengan menggunakan kereta dan minta di bookingkan satu kamar untuknya. Aku bilang pada hari itu mungkin kamar akan penuh.


Dia sedikit kecewa lalu dia bilang,


“Terus gimana dong, aku gak mau tinggal di hotel yang jauh dari kamu.. Ngomong-ngomong Aryo kamar kamu ada 2 bed apa satu?”

“Kamarku Cuma satu bed tapi di bawah ranjang ada satu bed lagi jadi mungkin aku bisa pake, emang Mbak mau sekamar denganku?” Aku menggodanya.

“Boleh kalo nggak ada kamar lagi” Aku setengah tidak percaya akan ucapannya.


Aku berfikir inilah kesempatanya aku bisa mendekati dia dan menggodanya.


“Tapi Mbak aku suka tidur telanjang paling cuma pake celana dalam doang dan selimut, apa Mbak gak apa-apa?” Aku sedikit meyakinkan dia akan kebiasaanku.

“Nggak apa-apa siapa takut.. Masalahnya aku juga kadang-kadang begitu juga”


Baca Juga :  Cerita ngentot dengan pacar baru yang masih lugu

Aku semakin senang mendengarnya. Lalu aku menawarkan untuk tinggal sekamar denganku bila tidak ada kamar kosong dan dia setuju.


Ketika pada hari H nya, aku jemput dia di stasiun dan setelah bertemu aku ajak ke hotel tempat aku menginap, otak ngeresku mulai jalan dan aku mulai berfikir bagaimana caranya agar dia mau sekamar denganku lalu dengan akal bulusku aku berbohong bahwa kamar hotel penuh semua. Lalu aku langsung ajak Mbak Susi ke kamarku dan aku tidak menyangka ternyata dia mau sekamar denganku. Karena sebelumnya aku pikir dia hanya bercanda.


Ketika malam tiba, aku sengaja mengambil satu tempat tidur lagi, untuk menjaga agar dia tidak mempunyai fikiran yang jelek tentang diriku, karena aku masih takut kalau Mbak Susi akan marah dan tersinggung bila aku seranjang dengannya karena biasanya itu akan dianggap tidak sopan dan senonoh serta murahan dan perempuan akan marah sekali bila dianggap seperti itu.


Sebelum tidur kami mengobrol tentang macam-macam dan pada akhirnya bicara tentang seks. Sangking seriusnya bicara tentang seks, aku memberanikan diri memancing reaksinya.


“Mbak kalo ngomongin seks kayak gini, cewekku dulu seringkali udah basah duluan”.


Lalu dia menjawab,


“Ah itu sih biasa, aku aja suka basah”.


Tak lama kemudian suasana berubah karena dia merasa perutnya agak sakit karena kembung. Aku mulai kasihan lalu aku menawarkan diri,


“Biar aku refleksi dan pijit deh”.


Lalu aku pijit kaki dan betisnya. Pada mulanya dia kesakitan dengan pijitanku tersebut. Otak kotorku mulai datang dan aku coba untuk memijit pahanya dan dia meringis kesakitan. Lama aku memijit pahanya dan makin lama aku kendurkan pijitanku tetapi dia masih mengerang bahkan ketika aku elus-elus dia masih mengerang.


Dengan segenap keberanianku aku coba mengelus hingga ke pangkal pahanya dan dia mengerang semakin menjadi, tentu saja penisku langsung berdiri apalagi ketika aku pijit dan elus bagian pahanya, dia membuka pahanya lebar-lebar.


Lalu aku singkapkan rok tidurnya dan aku elus di pangkal paha kemudian aku beranikan diri mengelus vaginanya, ternyata Mbak Susi diam saja dan mengerang, tanpa pikir panjang aku masukkan jari-jemariku ke balik celana dalamnya dan memainkan klitoris dan lubang vaginanya dengan jariku.


Ternyata vaginanya sudah basah sekali, lalu aku tarik celana dalamnya dan aku mulai menciumi pahanya hingga sampailah pada gundukan vaginanya yang sangat merangsang.


Aku hisap dan jilat vaginanya yang harum, Mbak Susi semakin mengerang kenikmatan.


“Oh.. Oohh.. Mmhh.. Ohhmm.. Sayangg.. Ohmm” Jilatanku semakin liar dan semakin terasa kakinya mulai mengejang. Aku semakin mempercepat tempo jilatan mautku dan dia mengerang semakin keras.

“Oohh.. Ehheehmm.. Ohh.. Aauuaa.. Hhmm” Ternyata dia telah mencapai orgasme yang pertama.


Kemudian aku lepaskan celana dalamku karena kebetulan aku selalu tidur hanya memakai celana dalam dan saat itu aku hanya memakai kain sarung. Dengan penis yang masih menegang aku beralih posisi di atasnya dan menciumi bibir dan kedua susunya dengan jemari tanganku memainkah pentilnya. Karena tidak sabar lalu aku masukkan penisku yang sudah tegang. Sewaktu penisku masuk ke lubang kenikmatan tersebut terdengar erangan keenakan Mbak Susi.


Vagina Mbak Susi serasa sempit karena tulang panggulnya yang seakan-akan mempersempit lubang kemaluannya. Akan tetapi aku merasakan kenikmatan yang luar biasa di penisku dengan lubangnya yang sempit itu.


Aku keluar masukkan penisku dan Mbak Susi membuka lebar-lebar kakinya sambil menopang satu kaki ke dinding kamar. Aku semakin merasakan sensasi yang luar biasa ketika penisku keluar masuk, karena dinding lubang vagina dan tulang panggulnya yang menggesek-gesek batang kemaluanku begitu terasa sekali.


Mbak Susi masih terus mengerang ketika aku menekan penisku di vaginanya dalam-dalam. Walaupun penisku tidak besar sekali tapi berukuran normal akan tetapi sensasi yang aku berikan ketika aku mengocok penisku di dalam vaginanya membuat Mbak Susi mengerang, menjerit keenakan sambil matanya merem melek.


Setelah hampir satu jam sejak pemanasan Mbak Susi kelihatan tegang kemudian di merapatkan kedua kakinya dan aku mengangkangkan kakiku sehingga lubang vaginanya semakin sempit. Dengan gaya seperti itu aku masih tetap terus mengocok vaginanya dan Mbak Susi semakin mengerang keras.


Akhirnya dia bilang,


“Ohh sayang aku mau keluaarr.. Ohh enakk”


Akhirnya Mbak Susi tidak bisa menahan gejolak yang ada dalam dirinya, maka jebollah pertahanannya dengan jeritan yang membuatku semakin bergairah. Aku masih mengocok penisku karena sampai saat itu aku masih bertahan dan aku ingin memberikan kenikmatan yang dasyat untuknya sehingga dia tidak bisa lupa dan terus ketagihan. Aku semakin mempercepat kocokanku, semakin cepat aku mengocok jeritan keenakan Mbak Susi semakin kencang dan tak tertahankan.


Aku merasakan sensasi yang tiada taranya, sehingga aku merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari batang kemaluanku dan akupun mempercepat irama kocokanku. Badanku semakin menegang dan Mbak Susi semakin mengerang.


“Ohh.. Mbak aku mau keluar.. Mbak udah mau lagi nggak? Aku dah nggak tahan nih”

“Ohh sayang aku juga mau keluar.. Ohh.. Oohh kita bareng sayaangg.. Oohh aku keluaarr”

“Aku juga Mbak.. Oohh Mbak eeaannakk?”


Dan bobollah pertahananku dan pertahanannya.. Crot.. Crot.. Crot..


“Oohh.. Enaak..” Akhirnya kami orgasme bersama-sama.

“Oh, kamu hebat sayang.. Sampai aku orgasme tiga kali, padahal aku jarang banget loh orgasme walaupun sama suamiku. Malah aku keseringannya nggak bisa orgasme”.


Dengan peluh yang mengucur banyak sekali aku tidak segera mencabut penisku dari vaginanya, aku biarkan penisku merasakan sensasi vagina Mbak Susi yang begitu nikmat. Akhirnya kamipun tertidur dengan tubuh masih telanjang.


Malam itu kami lakukan lagi sampai 4 kali. Pada keesokan harinya kami lakukan lagi hingga siang hari sampai 3 kali. Begitu pula pada malam harinya hingga pagi kami lakukan lagi 3 kali. Slot Online Terbaru


Setiap hari kami lakukan terus dan sampai kembali ke Jakarta kami masih tetap melakukannya di dalam kereta walaupun hanya sebatas permainan jari-jariku di kemaluannya dan dia mengocok penisku dengan ditutup selimut. S


esampainya di Jakarta kami masih sering melakukannya terkadang di rumahnya ketika boss dan orang-orang pergi atau di kantor saat semua orang sedang keluar.


Mbak Susi termasuk wanita yang kuat sekali seperti kuda liar karena untuk membuatnya orgasme memerlukan waktu yang lama dan perlu laki-laki yang betul-betul kuat dan pandai memberikan sensasi hebat, sehingga suaminyapun tidak dapat mengimbanginya, tapi dengan aku Mbak Susi tidak bisa berbuat apa-apa karena setiap kali bersetubuh aku selalu memberikannya kepuasan.


Akan tetapi sekarang kami tidak lagi, karena dia memiliki selingkuhan yang lainnya lagi. Sekarang aku kesepian lagi apalagi aku jarang sekali berhubungan dengan isteriku karena terkadang aku kasihan dia sering kecapaian.


Teman-temanku bilang bahwa aku memang jantan karena bisa memuaskan perempuan. Bahkan mereka yang merasa jantan di ranjang tidak dapat mengimbangi permainanku hingga bisa memuaskan perempuan berkali-kali.


Sampai wanita bulepun kewalahan karena mereka jarang sekali mendapatkan kepuasan dengan laki-laki bule walaupun mereka memiliki penis yang besar, tapi itu bukan jaminan dan cewek-cewek bule mengakuinya ketika tahu bahwa aku bisa memuaskan mereka beberapa kali.

Cerita Sex Cerita hot selingkuh dengan istri bos

XXX Nada4D - Cerita Sex Melayani Nafsu Seorang Guru, Namaku Arly dan sekarang umurku baru 15 tahun, dan perawakanku tinggi 171.5 cm dan kulitku sawo matang, sedangkan mataku berwarna coklat, dan kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata sekaligus pengalaman hidupku. Tahun 2010 beberapa hari yang lalu, saat ini aku sekolah di salah satu SMK yang ada di Tanjung Pinang (kepulauan Riau).


Sekolahku letaknya jauh di luar kota (kira-kira 20 km dari kota tempat tinggalku), dan sehari-hari aku pergi menggunakan bus jemputan sekolahku, dan dari sinilah kisahku bermula. Pada suatu siang saat di sekolahan aku dan teman-teman sedang istirahat di kantin sekolah dan sambil bercanda ria, dan saat itu pula ada guruku (berjilbab) sedang makan bersama kami, pada saat itu pula aku merasa sering di lirik oleh ibu itu (panggil saja Eka).

Cerita Sex Melayani Nafsu Seorang Guru

Bu Eka badannya langsing cenderung agak kurus, matanya besar, mulutnya sedikit lebar dan bibirnya tipis, payudaranya kelihatan agak besar, sedangkan pantatnya padat dan seksi, bu Eka adalah guru kelasku yang mengajar mata pelajaran bahasa Inggris.


Dan dalam hal pelajarannya aku selalu di puji olehnya karena nilaiku selalu mendapat 8 (maaf bukan memuji diri sendiri!!) Saat didalam pelajaran sedang berlangsung bu Eka sering melirik nakal ke arahku dan terkadang dia sering mengeluarkan lidahnya sambil menjilati bibirnya, dan terkadang dia suka meletakkan jari tangannya di selangkangannya dan sambil meraba di daerah sekitar vaginanya. Dan terkadang saya selalu salah tingkah di buatnya (maklum masih perjaka!!!!), dan kelakuannya hanya aku saja yang tahu. Saat istirahat tiba aku di panggil ke kantor oleh ibu itu, dan saat itu aku di suruh mengikutinya dari belakang. Situs Judi Slot Online Terpercaya


Jarak kami terlalu dekat sehingga saat aku berjalan terlalu cepat sampai-sampai tangan ibu Eka tersentuh penisku (karena bu Eka kalau berjalan sering melenggangkan tangannya) yang saat itu sedang tegang akibat tingkahnya di kelas. Namun reaksi ibu Eka hanya tersenyum dan wajahnya sedikit memerah. Sampai saat aku pulang menaiki bus jemputan kami. Aku dan temanku duduk paling belakang, sedangkan bu Eka duduk di kursi deretan paling depan.


Saat semua teman-temanku sudah turun semua (saat itu tinggal aku, bu Eka dan supirnya) bu Eka melirik nakal ke arahku, dan tiba-tiba ia langsung pindah duduknya di sebelahku, dia duduk paling pojok dekat dinding, dan dia menyuruhku pindah di sebelahnya, dan aku pun menanggapi ajakannya. Saat itu dia meminjan handphoneku, katanya dia mau beli hp yang mirip punyaku (Nokia tipe 6600) entah alasan atau apalah. Saat dia memegang hpku, tiba-tiba hpku berbunyi, dan deringan hpku saat itu berbunyi desahan wanita saat di kentot.


“Aaaahhhhh……. ahhhhshhhhshshh…. ooooo…. oooohhhhhh” dan seterusnya ternyata temanku yang menelepon. Tanpa basa basi bu Eka bilang…

“Apa ngga ada yang lebih hot, ibu mau dong”. dengan nada berbisik.

Yang membuatku nafsu.

“Jangan malu-malu tunjukin aja ama ibu…”


Saat itu kupasang earphone dan langsung aku perlihatkan rekaman video porno yang ku dapat dari temanku. Tanpa aku sadari bu Eka meraba kontolku yang saat itu sedang tegang-tegangnya, dan dia terkejut,

“Wooow besar sekali anumu…”


Padahal aku punya ngga gede-gede amat, panjangnya 15 cm dan diameternya 2.3 cm aja yaaa standart lahhhh. Dan terjadilah percakapan antara aku dan bu Eka. Saat itu dia berbisik padaku…


“Aku masih perawan looo……” diiringi dengan desahan.

Lalu jawabku

“Oh yaaa, saya juga masih perjaka bu…”

“Jadi klo gitu kita pertemukan saja antara perjaka dan perawan, pasti nikmat”.

Tanpa basa basi lagi.

“Ngga ah bu, saya ngga berani!!”

“Ayolah… (dengan nada memelas)”

“Tapi di mana bu?” tanyaku!

“Di hotel aja biar aman”

“Tapi saya ngga punya uang bu”

“Ngga apa-apa ibu yang bayarin!!!”


Dan saat tiba di kamar hotel ibu itupun langsung beraksi tanpa basa basi lagi. ia melucuti bajunya satu persatu sambil di iringi dengan desahan yang pertama ia lepaskan adalah jilbab yang menutupi kepalanya, lalu baju, kemudian rok panjangnya dan tibalah saat ia melepaskan BHnya, yang kulihat saat itu adalah toket bu Eka yang putih mulus (mungkin karena sering di tutupi kalleeee) dan putingnya yang masih merah dan pada saat ia mau melepaskan celana dalamnya.


“Mau bantuin ngga…..” tanya bu Eka kepadaku.

Lalu hanya kujawab dengan mengangguk saja tanpa basa basi juga, aku mulai melepaskan celana dalamnya yang berwarna putih tipis yang kulihat saat itu adalah jembut tipis saja, lalu aku mulai menyandarkannya di dinding kamar sambil kujilati. Dan timbullah suara desahan yang membuat tegang kontolku.


“Aah… ahh….. ahhhshhh… terruusss……. ohhh…… yeahhh……. ooohhhh……. au….. udahh dong ibu ngga tahan lagi…. ooohhhh….. yeah….. o..o… oo…. ohhhh…”


Tanpa ku sadari ada cairan yang membasahi wajahku. Cairan putih ituku hisap dan kutumpahkan ke dalam mulutnya, ternyata bu Eka suka.


“Mau lagi donggg……….” lalu aku kembali menghisap pepek bu Eka yang basah dan licin kuat-kuat…

“Aaahhhh…. ahhh… aarrgghh…… uh..uh… uh…uh… ouuu….. yeah….. dan di sela teriakan kerasnya muncrat lagi cairan putih kental itu dengan lajunya.

“Crroot…. crooot…..” di saat dia terbaring lemas aku menindih badan bu Eka dan selangkangannya kubuka lebar-lebar, lalu aku mencoba memasukkan kontolku ke dalam pepeknya bu Eka dan yang terjadi malah ngga bisa karena sempit. Saat kutekan kepala kontolku sudah masuk setengah dan ibu itu berteriak.


“Ahhhh…. ahhhhhhhhh….. ahhhhh………, sakitttt.. ahhh… pelan-pelan dong…”

Seakan tak perduli kutekan lagi. Kali ini agak dalam ternyata seperti ada yang membatasi. ku tekan kuat-kuat.

“Ahhhhhh…… aaaaaa……. aaaauuuuu…… sakit…. ohh…. oh….. ooghhhhhh…” aku paksakan saja… akhirnya tembus juga.

“Aahhhhhhhhhh……….. aaaahhhhhh….. sakitttttttt…..” bu Eka berteriak keras sekali.

Sambil kudorong kontolku maju mundur pelan dan kupercepat goyanganku.

“Aaahhhhh…… auhhhhhh….. u.h…. u.u.. hh… a…. u.. u…… hhhhh.hhhh………


Dia terus menjerit kesakitan, dan sekitar 20 kali goyanganku aku terasa seperti mau keluar. Lalu aku arahkan kontolku ke mulutnya dan….


Croot……… crroootttt…… sekitar 5 kali muncrat mulut bu Eka telah di penuhi oleh spermaku yang berwarna putih kental (maklum udah 2 minggu ngga ngocok). Selang beberapa menit aku baru menyadari kalau pepek bu Eka mengeluarkan cairan seperti darah. Lalu ibu Eka cepat-cepat ke kamar mandi. Setalah keluar dari kamar mandi bu Eka langsung menyepong kontolku sambil tiduran di lantai. Ternyata walaupun perawan bu Eka pandai sekali berpose. Lalu ku pegang pinggul bu Eka dan mengarahkan ke posisi menungging. Lalu aku arahkan kontolku ke pepek bu Eka, lalu ku genjot lagi….


“Oohhh….. oh……. o….. h.h.h.h.hh.. h.hhhhh…… hhhhhh.. hhhhh… yeahhhhh oouu…. yesssss….. ooohhhhh… yeahhhhh…”

Saat aku sudah mulai bosan ku cabut kontolku lalu ku arah kan ke buritnya

“Sakit ngga…..” tanya bu Eka.

“Paling dikit bu…..” jawabku sambil aku mencoba memasukkan tetapi ngga bisa karena terlalu sempit.

“Ngga apa-apa kok kan masih ada pepekku mau lagi nggaaaa…..” tanya bu Eka. Situs Permainan Slot Online Terpercaya


Lalu kukentot lagi pepeknya tapi sekarang beda waktu aku memasukkan kontolku ke dalam, baru sedikit saja sudah di telan oleh pepeknya. Ternyata pepek bu Eka mirip dengan lumpur hidup. Aku mengarahkan kontolku lagi .


“Aahhh… ahhh… ahhh…. ahh…. oooouuuhh….. yeah… ou…. ou… ohhhhhh… dan saat sekitar 15 kali goyanganku bu Eka melepaskan kontolku.

“Aku mau keluar….”

“Aku juga bu…., kita keluarin di dalem aja buu…”

“Iya deeh” jawabnya.

Lalu kumasukkan lagi kontolku kali ini aku menusuknya kuat-kuat.

“Aaaahhhh……. ahhhh………. aaaahhhhhh. ooooouuuuuuhh…..” saat teriakan panjang itu aku menyemprotkan spermaku ke dalam pepeknya.

Crroooot…. crootttt… aku mendengar kata-katanya.

“Nikmat sekali…….”


Dan aku pun tidur sampai pagi dengan menancapkan kontolku di dalam pepeknya dengan posisi berhadapan ke samping.

Cerita Sex Melayani Nafsu Seorang Guru

XXX Nada4D - Cerita Sex Ngentot Pembantu Muda Masih Perawan, Aku adalah seorang ayah dari 2 orang anak lelaki yang berusia 9 dan 4 tahun, Isteriku bekerja sebagai Direktur di suatu prusahaan swasta. Kehidupan rumah tanggaku harmonis dan bahagia, kehidupan seks-ku dengan isteriku tidak ada hambatan sama sekali.


Kami memiliki seorang pembantu, Sumiah namanya, berumur kurang lebih 23 tahun, belum kawin dan masih lugu karena kami dapatkan langsung dari desanya di Jawa Timur.


Wajahnya biasa saja, tidak cantik juga tidak jelek, kulitnya bersih dan putih terawat, badannya kecil, tinggi kira-kira 155 cm, tidak gemuk tapi sangat ideal dengan postur tubuhnya, buah dadanya juga tidak besar, hanya sebesar nasi di Kentucky Fried Chicken.

Cerita Sex Ngentot Pembantu Muda Masih Perawan

Cerita ini terjadi pada tahun 2015 bulan November, berawal ketika aku pulang kantor kurang lebih pukul 14:00, jauh lebih cepat dari biasanya yang pukul 19:00. Anakku biasanya pulang dengan ibunya pukul 18:30, dari rumah neneknya. Bandar Slot Online Terpercaya


Seperti biasanya, aku langsung mengganti celanaku dengan sarung kegemaranku yang tipis tapi adem, tanpa celana dalam. Pada saat aku keluar kamar, nampak Sumiah sedang menyiapkan minuman untukku, segelas besar es teh manis.


Pada saat dia akan memberikan padaku, tiba-tiba dia tersandung karpet di depan sofa di mana aku duduk sambil membaca koran, gelas terlempar ke tempatku, dan dia terjerembab tepat di pangkuanku, kepalanya membentur keras kemaluan ku yang hanya bersarung tipis.


Spontan aku meringis kesakitan dengan badan yang sudah basah kuyup tersiram es teh manis, dia bangun membersihkan gelas yang jatuh sambil memohon maaf yang tidak henti-hentinya.


Semula aku akan marah, namun melihat wajahnya yang lugu aku jadi kasihan, sambil aku memegangi kemaluan ku aku berkata, “Sudahlah nggak pa-pa, cuman iniku jadi pegel”, sambil menunjuk kemaluan ku.

“Sum harus gimana Pak?” tanyanya lugu.

Aku berdiri sambil berganti kaos oblong, menyahut sambil iseng, “Ini musti diurut nih!”

“Ya, Pak nanti saya urut, tapi Sum bersihin ini dulu Pak!” jawabnya.


Aku langsung masuk kamar, perasaanku saat itu kaget bercampur senang, karena mendengar jawaban pembantuku yang tidak disangka-sangka. Tidak lama kemudian dia mengetuk pintu, “Pak, Mana Pak yang harus Sum urut..” Aku langsung rebah dan membuka sarung tipisku, dengan kemaluan ku yang masih lemas menggelantung. Sum menghampiri pinggir tempat tidur dan duduk.


“Pake, rhemason apa balsem Pak?” tanyanya.

“Jangan.. pake tangan aja, ntar bisa panas!” jawabku.


Lalu dia meraih batang kemaluan ku perlahan-lahan, sekonyong-konyong kemaluan ku bergerak tegang, ketika dia menggenggamnya.

“Pak, kok jadi besar?” tanyanya kaget.

“Wah itu bengkaknya mesti cepet-cepet diurut. Kasih ludahmu aja biar nggak seret”, kataku sedikit tegang.

Dengan tenang wajahnya mendekati kemaluan ku, diludahinya ujung kemaluan ku.

“Ah.. kurang banyak”, bisikku bernafsu.

Kemudian kuangkat pantatku, sampai ujung kemaluan ku menyentuh bibirnya, “Dimasukin aja ke mulutmu, biar nggak cape ngurut, dan cepet keluar yang bikin bengkak!” perintahku seenaknya.


Perlahan dia memasukkan kemaluan ku, kepalanya kutuntun naik turun, awalnya kemaluan ku kena giginya terus, tapi lama-lama mungkin dia terbiasa dengan irama dan tusukanku. Aku merasa nikmat sekali. “Akh.. uh.. uh.. hah..” Kulumannya semakin nikmat, ketika aku mau keluar aku bilang kepadanya, “Sum nanti kalau aku keluar, jangan dimuntahin ya, telan aja, sebab itu obat buat kesehatan, bagus sekali buat kamu”, bisikku. “Hepp.. ehm.. HPp”, jawabnya sambil melirikku dan terus mengulum naik turun.


Akhirnya kumuncratkan semua air maniku. “Akh.. akh.. akh.. Sum.. Sum.. enakhh..” Pada saat aku menyemprotkan air maniku, dia diam tidak bergerak, wajahnya meringis merasakan cairan asing membasahi kerongkongannya, hanya aku saja yang membimbing kepalanya agar tetap tidak melepas kulumannya.


Setelah aku lemas baru dia melepaskan kulumannya, “Udah Pak?, apa masih sakit Pak?” tanyanya lugu, dengan wajah yang memelas, bibirnya yang basah memerah, dan sedikit berkeringat. Aku tertegun memandang Sum yang begitu menggairahkan saat itu, aku duduk menghampirinya, “Sum kamu capek ya, apa kamu mau tahu kalau kamu diurut juga kamu bisa seger kayak Bapak sekarang!”


“Nggak Pak, saya nggak capek, apa bener sih Pak kalo diurut kayak tadi, bisa bikin seger? tanyanya semakin penasaran. Aku hanya menjawab dengan anggukan dan sambil meraih pundaknya kucium keningnya, lalu turun ke bibirnya yang basah dan merah, dia tidak meronta juga tidak membalas.


Aku merasakan keringat dinginnya mulai keluar, ketika aku mulai membuka kancing bajunya satu persatu, sama sekali dia tidak berontak hingga tinggal celana dalam dan Bh-nya saja.


Tiba-tiba dia berkata, “Pak, Sum malu Pak, nanti kalo Ibu dateng gimana Pak?” tanyanya takut.

“Lho Ibu kan baru nanti jam enam, sekarang baru jam tiga, jadi kita masih bisa bikin seger badan”, jawabku penuh nafsu. Lalu semua kubuka tanpa penutup, begitu juga aku, kemaluan ku sudah mulai berdiri lagi.


Dia kurebahkan di tepi tempat tidur, lalu aku berjongkok di depan dengkulnya yang masih tertutup rapat, “Buka pelan-pelan ya, nggak pa-pa kok, aku cuma mau urut punya kamu”, kataku meyakinkan, lalu dia mulai membuka pangkal pahanya, putih, bersih dan sangat sedikit bulunya yang mengitari liang kewanitaannya, cenderung botak.

Dengan ketidaksabaranku, aku langsung menjilat bibir luar kewanitaannya, tanpa ampun aku jilat, sesekali aku sodokkan lidahku ke dalam, “Akh.. Pak geli.. akh.. akuhhfh..” Klitorisnya basah mengkilat, berwarna merah jambu. Aku hisap, hanya kira-kira 5 menit kulumat liang kewanitaannya, lalu dia berteriak sambil menggeliat dan menjepit kepalaku dengan pahanya serta matanya terpejam. “Akh.. akh.. uahh..” teriakan panjang disertai mengalirnya cairan dari dalam liang kewanitaannya yang langsung kujilati sampai bersih.


“Gimana Sum, enak?” tanyaku nakal. Dia mengangguk sambil menggigit bibir, matanya basah kutahu dia masih takut. “Nah sekarang, kalau kamu sudah ngerti enak, kita coba lagi ya, kamu nggak usah takut!”. Kuhampiri bibirnya, kulumat bibirnya, dia mulai memberikan reaksi, kuraba buah dadanya yang kecil, lalu kuhisap-hisap puting susunya, dia menggelinjang, lama kucumbui dia, hingga dia merasa rileks dan mulai memberikan reaksi untuk membalas cumbuanku, kemaluan ku sudah tegang.


Kemudian kuraba liang kewanitaannya yang ternyata sudah berlendir dan basah, kesempatan ini tidak kusia-siakan, kutancapkan kemaluan ku ke dalam liang kenikmatannya, dia berteriak kecil, “Aauu.. sakit Pak!”. Lalu dengan perlahan kutusukkan lagi, sempit memang, “Akhh.. uuf sakit Pak..”.


Melihat wajahnya yang hanya meringis dengan bibir basah, kuteruskan tusukanku sambil berkata, “Ini nggak akan lama sakitnya, nanti lebih enak dari yang tadi, sakitnya jangan dirasain..” tanpa menunggu reaksinya kutancapkan kemaluan ku, meskipun dia meronta kesakitan, pada saat kemaluan ku terbenam di dalam liang surganya kulihat matanya berair (mungkin menangis) tapi aku sudah tidak memikirkannya lagi, aku mulai mengayunkan semua nafsuku untuk si Sum.


Hanya sekitar 7 menit dia tidak memberikan reaksi, namun setelah itu aku merasakan denyutan di dalam liang kewanitaannya, kehangatan cairan liang kewanitaannya dan erangan kecil dari bibirnya. Aku tahu dia akan mencapai klimaks, ketika dia mulai menggoyangkan pantatnya, seolah membantu kemaluan ku memompa tubuhnya. Situs Slot Online Terpercaya


Tak lama kemudian, tangannya merangkul erat leherku, kakinya menjepit pinggangku, pantatnya naik turun, matanya terpejam, bibirnya digigit sambil mengerang, “Pak.. Pak terus.. Pak.. Sum.. Summ..Sum.. daapet enaakhh Pak.. ahh..” mendengar erangan seperti itu aku makin bernafsu, kupompa dia lebih cepat dan.. “Sum.. akh.. akh.. akh..” kusemprotkan semua maniku dalam liang kewanitaannya, sambil kupandangi wajahnya yang lemas. Aku lemas, dia pun lemas.


“Sum aku nikmat sekali, habis ini kamu mandi ya, terus beresin tempat tidur ini ya!”, suruhku di tengah kenikmatan yang kurasakan.

“Ya Pak”, jawabnya singkat sambil mengenakan pakaiannya kembali.


Ketika dia mau keluar kamar untuk mandi dia berbalik dan bertanya, “Pak.. kalo pulang siang kayak gini telpon dulu ya Pak, biar Sum bisa mandi dulu, terus bisa ngurutin Bapak lagi”, lalu ngeloyor keluar kamar, aku masih tertegun dengan omongannya barusan, sambil menoleh ke sprei yang terdapat bercak darah perawan Sum.


Saat ini Sum masih bekerja di rumahku, setiap 2 hari menjelang menstruasi (datang bulannya sangat teratur), aku pulang lebih awal untuk berhubungan dengan pembantuku, namun hampir setiap hari di pagi hari kurang lebih pukul 5, kemaluan ku selalu dikulumnya saat dia mencuci di ruang cuci, pada saat itu isteriku dan anak-anakku belum bangun.

Cerita Sex Ngentot Pembantu Muda Masih Perawan

XXX Nada4D - Cerita Sex di pantai parangtritis yang tak terlupakan nikmatnya, Suntuk! Satu kata yang membawaku melarikan motor kesayanganku membelah dinginnya malam bulan Agustus, menuju ke pusat keramaian kota Yogyakarta, Maliboro. Terus terang fikiranku kacau, wanita yang aku sayangi sore tadi pergi tanpa pamit bersama temannya ke luar kota. Padahal sudah lima hari ini tak diberinya jatah sex, dengan alasan sedang ujian tengah semester. Mau meledak rasanya kepala ini, harus kusalurkan nafsu ini bila tak ingin uring-uringan terus. Terbayang di benak semua rencana tuk malam ini memberi kepuasan dirinya dan pelampiasan nafsuku, sebutir obat kuat telah kusiapkan disaku calana. SIAL! makiku dalam hati…


Warung itu terlihat sepi. Sebetulnya bukan warung, lebih mirip gerobak dorong makanan yang terparkir di pinggir jalan seberang toko Ramai Malioboro. Kuparkir motor di depan gerobak makanan itu, kupesan segelas jahe tape untuk mengusir dinginnya malam. Kulirik jam baru setengan sembilan malam, tinggal setengah jam lagi bubaran toko-toko sepanjang Malioboro, dimana pelayan-pelayan toko berhamburan keluar toko untuk pulang. Kuraih rokok di saku jaket yang tinggal tiga batang, kunyalakan dan kuhisap kuat sambil kuhembuskan keras ke udara. Dinginnya malam tak cukup untuk mendinginkan hati ini, terlebih dalam calanaku yang menginginkan jatah. Fikiranku melayang mencari cara memenuhi hasrat ini.

Cerita Sex di pantai parangtritis yang tak terlupakan nikmatnya

Waktu pun berjalan, fikiranku terus berkecamuk, terdengar suara wanita memesan segelas teh hangat di sampingku. Kugeser letak dudukku, kulirik dia, hmm lumayan juga nih cewek. “Permisi mas numpang duduk” sapanya. “Oh monggo, silahkan-silahkan” jawabku memberi tempat kepadanya. “Kok belum pulang mbak?” tanyaku membuka percakapan. “Iya mas, tunggu jemputan, tapi kok belum kelihatan ya” jawabnya sambil menengok kiri dan kanan. “Biasanya dah jemput dari tadi lho mas” tambahnya. Situs Slot Online Terpercaya


Tiba-tiba Hp di tas wanita itu berbunyi, kulihat dia menjawab telepon itu, kuperhatikan wajahnya. Alamak! wajah itu tertekuk marah, menambah manis wajah ayunya. “Kurang ajar” katanya sambil menutup pembicaraan teleponnya. “Kenapa mbak, kok marah-marah?” tanyaku padanya. “Dasar cowok gak tahu di untung, minggat sana sama gendaknya” maki dirinya kepada cowok di telepon tadi. Tiba-tiba dia menelungkupkan wajah ayunya ke atas meja sambil menangis. Wah kacau nih, pikirku. “Sudahlah mbak, nggak usah dipikirin, laki-laki emang begitu” rayuku sambil tak kusadari bahwa aku juga laki-laki yang mungkin lebih berengsek dari cowoknya tadi.


“Gimana kalau saya saja yang mengantar embak?” kutawari diriku untuk mengantar. Wanita itu menengadah, terlihat air mata yang masih mengalir dari kedua boal matanya. Oh My God, ayu tenan gumam hatiku, wajahnya itu lho lucu, imut, kasihan diterpa cahaya lampu tempel di meja gerobak dagangan makanan. “Mas nggak papa? Nanti ada yang marah? tanyanya sambil menatap lekat padaku. “Kita senasib kok mbak, Anton” kataku memperkenalkan diri sambil meraih tangannya menuju motor. Setelah kubayar minuman kita, kuulurkan helm kepadanya.


Motor kustarter, dia duduk dibelakangku. “Aku Ika mas. Senasib bagaimana sih mas?” tanyanya padaku. “Aku juga ditinggal cewekku sore tadi, dia pergi sama teman-temannya tanpa pamit padaku” jawabku. “Tinggalmu di daerah mana mbak?” tanyaku. “Apa” tanyanya sambil mendekatkan kepalanya ke samping kepalaku, seerrr… payudara yang bulat kencang, sekarang nempel merapat di punggungku, terjadilah pemberontakan di dalam celana dalamku. Sial… aku lupa mencukur bulu bawahku, sekarang terasa perih menggigit terdesak pisang ambonku yang perlahan serta pasti mengeras. “Kenapa mas?” tanyanya sekali lagi padaku.


Wajah gadis itu di sebelah kanan agak kebelakang arah wajahku, kutengok ke samping kanan, persis yang kuduga sebelumnya, begitu menengok, kucium lembut dan menyentuh pipi serta sedikit mulutnya, “iiiihhh, nakal ya masnya ini” katanya sambil mencubit pinggangku. Haa haa haa… “Kostmu daerah mana adik manis?” tanyaku menahan perih di pinggang akibat cubitannya. “Enggak tau, aku lagi males pulang” cemberutnya sambil terus mencubit pinggangku. Kuhentikan motorku di tepi jalan. “Kok berhenti mas?” tanyanya. “Habis kamu nyubit terus dan gak di lepas-lepas sih… nanti gimana jalan motornya?” candaku. “Habis masnya juga genit sih, pake ngesun segala” ujarnya. “Nah gitu dong, jangan sedih terus, ntar ilang lho manisnya” kataku cengengesen.


“Tu kan… mulai lagi” ketusnya sambil bersiap untuk mencubit pinggangku lagi. Kutangkap tangan lembut itu, kugenggam mesra sambil bertanya “Trus kita mau ke mana cah ayu?” Ditundukkannya wajahnya “Terserah mas aja lah. pokoknya aku males pulang ke kostan”. “Ya oke deh, kita nikmatin malam ini berdua aja ya” jawabku. “He eh” sambutnya sambil melendot manja, ah dasar wanita dirayu sedikit, keluar deh manjanya. Kulaju motorku ke arah selatan Yogya. Namanya rejeki gak lari ke mana, sorak hatiku.


Sampailah kita di daerah pantai Parang Tritis, angin laut selatan menyambut kita disertai dinginnya musim kemarau bulan Agustus. Kulepas jaketku dan kukenakan kepadanya yang hanya berkaus ketat berlengan pendek. Kuparkir motor di atas pasir pesisir pantai, kurengkuh bahunya untuk duduk di pasir, dia diam saja, pandangan jauh menatap kelamnya lautan. “Kenapa, kok ngelamun” tanyaku. “Tauk nih, kita kan baru beberapa jam lalu kenalan, kok udah akrab ya” jawabnya. “Emang kenapa? nggak boleh? Aku suka dari pandangan pertama tuh” kataku ngawur.


“Iiiiih, ngawur lagi deh” sergahnya sambil mulai mencubitku lagi. Sebelum tangan itu sampai, aku bangkit berlari menghindar, terjadilah kejar-kejaran diantara kami, sampai suatu saat kakiku tersandung lobang dan jatuh. Karena jarak kami tidak terlalu jauh, dia pun ikut terjatuh, sebelum sempat kusadari, reflek tanganku meraih tubuhnya, berpelukanlah kami berdua. Dia terdiam, akupun menahan nafas, perlahan kusorongkan wajahku mendekati wajahnya, kucium lembut bibirnya, ia pun membalas sambil memejamkan matanya, kami berdua terhanyut, melayang tinggi dengan latar belakang deburan ombak pantai selatan.


Malampun semakin larut, kami memutuskan untuk menginap di salah satu losmen yang berada i sekitar pantai. “Kok kamu mau menginap dengan cowok yang baru kamu kenal sih” bisikku ketelinganya. “Habis mas baik sih, mau nemenin Ika yang lagi sebel” katanya manja. Kuraih wajahnya, kepagut bibir mungil Ika, kami berdua berciuman mesra. Tangan kananku memeluk pinggang, tangan kiriku bergerilya masuk ke dalam kaus Ika. Cumbuan kualihkan ke leher jenjang Ika, dia mendesis dipeluknya tubuhku. “Sss…mass… enaaakk” erang Ika. Tangan kiriku berusaha masuk melalui bra yang agak ketat, sedang tangan kananku berusaha membuka kaitan bra di punggung Ika. “Mas Ann… ton… Ika lee.. messs nih… sambil tiduran yuk…?” pintanya. Kurebahkan diri Ika ke atas ranjang, kumainkan kedua belah payudara Ika, Ika terpejam kembali dengan mengerang perlahan… sss… sss… yang keras mas remasnya… sss…


Kubungkukkan bandan, mendekat ke arah payudara Ika, ku kulum puting sebelah kiri sementara tangan kananku meremas sebelah kanan. Tangan ika menjambak rambutku… Sss… enaaakk… masssss… hisap yang kuat sayang… Jilatanku kuteruskan menelusuri sampai ke pusar, kumainkan lidahku di lubang pusar Ika. Malam kian larut, deburan ombak terdengar sampai ke dalam kamar losmen, seakan musik mengiringi deru nafas memburu kami berdua. Kupandangi tubuh Ika, kuusap mesra wajahnya, Ika memandangku pasrah, kubelai perutnya dengan tangan kanan, terus turun hingga ke celana panjang Ika. Kubuka kancing celana Ika, kuturunkan resluiting dan kubelai dengan punggung tanganku.


“Mas Anton… jangan siksa Ika dong… cepet copot baju dan celana mas juga” pinta Ika seperti memelas. “Sebentar sayang, mas mau buang air kecil dulu ya” kataku sambil berlalu ke kamar mandi. Aku mencopot baju dan celanaku serta celana dalamku sambil mengelus penisku “sabar ya sayang, nanti kukenalkan pasanganmu” kataku bergumam senang. Ika terpekik tertahan melihat kondisiku yang bugil, sambil menutup mulutnya. “Mas Anton… kok gede banget penisnya? kira-kira muat gak ya unya saya?” tanyanya. “Kamu masih perawan Ka?” tanyaku mendekatinya. “Udah enggak sih… cuman dah lama gak kemasukan, apalagi segede punya emas?” jawabnya senyum dikulum. “Ya udah nikmatin dulu deh punya emas ini ya” kataku sembari menyodorkan penisku ke wajahnya. Ikapun bangkit dan menyentuh penisku sembari dijilatinya, kemudian memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya, terlihat sesak tatkala dia memasukkan batangku.


Aku tersenyum melihatnya terbelalak-belalak. “Cape nih mas mulut Ika, pegel!” protesnya. “Ya udah, sekarang giliran emas mau cium vegi Ika ya” kataku meredakan protes Ika. Kemudia Ika kembali tiduran sembari mengangkangkan kedua pahanya, kudekatkan kepalaku di selangkangan Ika yang memang luar biasa bersihnya kemaluan ika dengan rambut sedikit dirapikannya, kumulai mengulum kemaluan Ika. Kedua tangan Ika menjambak rambut di kepalaku. “Achhh… terus masss… yesss… gigit masss…” erang Ika seperti cacing kepanasan.


Gila aja cowok goblok itu, barang sebagus ini disia-siakan bathinku berkata sembari terus menjilat dan sesekali kumasukkan lidahku kedalam liang vegi Ika. “Maasss… aaakkkuu… nyammpeee…!” jerit Ika sembari menekan kepalaku ke dalam vaginanya. Tubuh Ika bergetar hebat, dari lubang kemaluan Ika keluar lendir orgasme yang lansung tak kusia-siakan untuk menyedotnya ternyata gurih sekali cairan orgasme Ika. Setelah beberapa saat Ika tergolek lemas seperti tak bertenaga, kudekati Ika dan berbaring di sisinya, kukecup keningnya dan kubelai rambut Ika, “Gimana rasanya sayang?” tanyaku. Ika tak menjawab, hanya tatapan sendu serta senyuman Ika yang mewakili sejuta kata-kata yang mewakili dirinya mencapai puncak kenikmatan.


Kemudian aku bangkit, melumuri penisku dengan air ludah, agak kuangkat Ika untuk agak menepi dari ranjang. Perlahan aku arahkan penisku ke tengah selangkangan Ika. “Pelan-pelan ya mas…” pinta Ika memohon. Pertama ku sibak bibir vagina Ika, kemudian kutempelkan kepala helm penisku di tengah vaginanya, perlahan-lahan kudorong masuk ke dalam. Dengan orgasmenya Ika tadi, seolah telah siap untuk menerima kedatangan penisku, tetapi tetap saja agak sempit.


Kulihat Ika agak meringis, “Kenapa Ka?, sakit ya?” tanyaku. “Sedikit mas, tapi gak pa pa kok, Ika tahan”. Aku gak mau buru-buru, sedikit demi sedikit kukeluar masukkan batang penisku ke dalam vagina Ika. Setelah masuk setengah, kudiamkan sejenak untuk memberi waktu vagina Ika menyesuaikan dengan batang penisku, kulihat Ika menatapku, “Kenapa berhenti mas? aku dah mulai merasa enak kok rasanya” kata Ika sedikit protes atas perbuatanku. Memang aku penjahat kelamin, kata teman-temanku, sebetulnya aku sendiri gak setuju karena menurut diriku sendiri aku adalah penyayang kelamin, gak mau asal aja make love dan wanita merasa sakit, karena prinsipku hubungan sex itu adalah kepuasan antara dua insan berlainan jenis.


Setelah kulihat Ika sudah terbiasa dengan penisku, mulailah kumaju mundurkan senjataku tersebut, sambil melirik Ika. Ternyata Ikapun sudah menikmati keluar masuknya penisku di vaginanya. Sekitar lima menit kemudian Ika kontraksi, rupanya dia sudah mau mencapai orgasme lagi. Massssss…akkkuuu… nyammmppeee… erangnya sambil memeluk erat tubuh serta menjepit keras pinggulku. Aku imbangi orgasme Ika dengan menancapkan batang penisku dalam-dalam.

“Gimana sayang?” tanyaku. “Waduh mas luar biasa deh” jawabnya sambil terengah-engah.


Kemudian Ika aku suruh telentang di atas rajang, kemudian aku naik di atas tubuh Ika, kujilati sekitar payudara Ika yang memang sudah basah oleh keringatnya. Kemudian kusuruh kedua tangan Ika untuk menjepit kedua payudaranya, setelah itu batang penisku aku tusukkan di tengah jepitan payudaranya. Ika tersenyum paham dengan perbuatanku dan bertanya “Kenapa gak dikeluarin di dalam vagina Ika aja mass?” tanyanya. “Enggaklah, nanti kamu hamil lagi” jawabku.

Ikapun tersenyum manis. Kukocok kemaluanku di jepitan payudara Ika, tak berapa lama terasa ada sesuatu yang akan meledak dari ujung kemaluanku, Ika menengadah ke arah payudaranya, “Kaaa… masss mau sammmpe juga nihhh…” erangku. Kulihat Ika membuka mulutnya, seolah mau menampung muncratan orgasme ku. Melihat hal itu buru-buru ku copot penisku dari jepitan payudara Ika dan kumasukkan ke mulut Ika, disambutnya penisku dan di kulumnya. Meledaklah semua spermaku di mulut Ika sampai tetes mani terakhir. “Enak kok mas, gurih… Ika seneng sama sperma emas?” kata Ika sambil tersenyum. Akupun seperti habis berlari berpuluh-puluh meter, nafasku tersengal tetapi senyumku masih bisa kupaksakan untuk Ika. Kupeluk tubuh bugil Ika, kuciumi wajah, pipi, dan kamipun beciuman mesra, kamipun tertidur pulas hingga pagi tanpa sehelai benang nempel di kedua tubuh bugil kami.


Pagi pun merangkak ke siang, aku terjaga dan kulihat di sebelahku Ika sudah tidak ada. Dengan perasaan malas aku bangun dan menuju ke kamar mandi. Sesampai di sana kulihat Ika membelakangi pintu dan sedang menyikat gigi, perlahan kudekati dan kupeluk dari belakang, tak lupa tanganku mampir di kedua buah dada Ika.

“Eh dah bangun ya mas?” sapa Ika. Kurasakan penisku menegang lagi, dengan posisi demikian kurenggangkan kedua kaki Ika dan perlahan kumasukkan penisku dari belakang. Ika mengerang lirih dan berpegangan pada tepi bak mandi, sampai akhirnya Ika mencapai orgasmenya.

Setelah itu ia jongkok di depanku dan mulai mengulum penisku sampai mencapai orgasme yang ditelan Ika sampai habis.


Setelah mandi dan sarapan, kami berdua bersantai di teras depan losmen. Kemudian Ika bertanya dengan perasaan sedih, “Mass, kira-kira besok-besok gimana ya hubungan kita..” tanyanya sedih. “Mau kamu gimana Ka? balasku bertanya lagi. “Mau Ika kita gak buru-buru putus mas, setelah peristiwa semalam sampai hari ini, kayaknya Ika suka deh sama mas Anton?” katanya sambil mulai meneteskan air mata. Aku bangkit dan memeluk dirinya, ku elus punggung dan rambutnya. “Mas juga sama kok perasaannya dengan kamu sayang” kataku menghibur. “Kita lihat besok aja ya, dan aku janji selalu menghubungi kamu ya Ka.” kataku kemudian. Ika hanya mengangguk lemah.


Sejak itu sesuai dengan janjiku, aku selalu mengunjunginya dan kami masih berhubungan intim terus, bila tidak di kostanku ya di kostnya Ika. Sampai suatu saat dia bilang kalau dilamar oleh cowoknya yang dulu, dimana cowoknya telah mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan menyakiti Ika lagi. Aku pun agak goncang, tetapi gimana lagi, aku sendiri masih kuliah, masih nodong orang tua, sementara cowok si Ika telah bekerja, akhirnya kuihklaskan kepergian Ika. Sebelum berpisah Ika kuajak ke Tawangmangu selama dua hari, berdua memuaskan hasrat sebelum berpisah. Memang Ika sendiri tidak bisa menolak cowok tersebut yang masih terhitung famili jauhnya, setelah kunasihati akhirnya Ika mau mengerti dan menerima lamaran cowoknya. Agen Slot Online Terbaik


Kini aku jomblo lagi, sementara cewekku dulu sudah aku putus kemarin-kemarin, yah semoga bro-bro masih mau membaca kisah petualanganku yang lain di lain cerita.

Cerita Sex di pantai parangtritis yang tak terlupakan nikmatnya

XXX Nada4D - Cerita Sex Suster Nge….“Skak” kata Maman seraya menaruh biji caturnya dengan wajah senang.

“Brengsek, kok bisa-bisanya, orang mau ngejebak malah kejebak !” Jono dengan keki menggebrak pelan meja itu.

Malam itu, jam sebelas lebih, cuaca sangat tidak bersahabat. Sejak jam sebelasan tadi hujan sudah turun dengan derasnya disertai guruh dan petir. Di tempat yang sepi depan pintu kamar mayat itulah Maman, si penjaga kamar mayat dan Jono, si satpam rumah sakit menghabiskan waktunya dengan bermain catur. Maman (67 tahun), dalam usia senjanya masih kuat bekerja hingga jam seharusnya orang tidur seperti ini walaupun sudah agak bongkok dan beruban. Sudah hampir sepuluh tahun dia menyambung hidup sebagai penjaga kamar mayat di rumah sakit ini, istrinya sudah meninggal tanpa meninggalkan anak. Kesepian dan suasana angker sudah menjadi temannya sehari-hari, maka mendengar suara-suara aneh dan cerita-cerita seram lainnya sudah tidak membuatnya merinding lagi, istilahnya sudah kebal dengan hal-hal seperti itu. Jono (41 tahun), baru setahun lebih bekerja di rumah sakit ini setelah pindah dari perusahaan sebelumnya yang bangkrut. Dia seorang pria berbadan tegap dan wajahnya yang sedikit bopengan terkesan sangar, pas untuk profesinya itu. Sungguh, malam itu menjadi malam panjang bagi mereka, suasana hujan dengan angin yang dingin mudah membuai orang hingga ngantuk.

“Weleh, dingin-dingin gini dapet giliran malem” kata Jono lalu meneguk kopinya “padahal enaknya tidur suasana gini mah”

“Hati-hati lu, tidur disini bisa-bisa dicolek-colek yang di dalem sana tuh” canda Pak Maman menunjuk ke kamar mayat.

“Wahaha, Pak Maman mulai lagi deh cerita dunia lainnya”

“Ee…kenapa enggak disini kan kamar mayat, yang aneh-aneh gitu udah sering lah”

“Iya sih apalagi malem-malem gini, di kantor tempat saya dulu juga pernah sih, ya tapi gua sendiri sih belum pernah ngalamin, teman katanya pernah, Eh, omong-omong jam berapa nih Pak ?” tanyanya.

“Wah sepuluh menit lagi jam dua belas nih” jawab Pak Maman melihat jamnya.

“Ya udah, lagi yuk Pak” katanya sambil menyusun kembali biji catur “penasaran saya, pengen belajar ilmunya Bapak”

Cerita Sex Suster Nge….

Pak Maman pun menerima tantangannya dan tak lama kemudian mereka mulai memusatkan pikiran pada papan catur. Hening sekali suasana disana, bunyi yang terdengar hanya bunyi rintik hujan, angin dan suara biji catur dipindahkan. Tak lama kemudian terdengar bunyi lain di lorong itu, sebuah suara orang melangkah, suara itu makin mendekat sehingga mengundang perhatian dua orang itu.

“Siapa tuh ya, malem-malem kesini ?” tanya Jono yang dijawab Pak Maman dengan mengangkat bahu.


Suara langkah makin terdengar, dari tikungan lorong muncullah sosok itu, ternyata seorang gadis cantik berpakaian perawat. Di luar seragamnya dia memakai jaket cardigan pink berbahan wol untuk menahan udara dingin malam itu. Suster itu ternyata berjalan ke arah mereka. Situs Slot Terpercaya

“Malam Pak” sapanya pada mereka dengan tersenyum manis.

“Malam Sus, lagi ngapain nih malem-malem kesini” balas Jono.

“Ohh…hehe…anu Pak abis jaga malam sih, tapi belum bisa tidur, makannya sekalian mau keliling-keliling dulu”

“Oh iya kok saya rasanya baru pernah liat Sus disini yah ?” tanya Jono.

“Iya Pak, saya baru pagi tadi sampai disini, pindahan dari rumah sakit *****” jawabnya, “jadi sekalian mau ngenal keadaan disini juga”

“Oo…pantes saya baru liat, baru toh” kata Pak Maman.

“Sus ga tau apa, ini kan kamar mayat” kata Jono menunjuk tempat itu, “tuh itu tuh, ga takut ?”

“Ah Bapak, masa suster takut sih sama mayat” jawabnya tersenyum, “lagian saya kan udah disana juga”

Kedua orang itu bengong dan agak kaget mendengar kalimat terakhir, apalagi suster muda itu diam sesaat sambil menatap ke arah pintu ruangan itu.

“Maksudnya sudah biasa disana ngeliat mayat, gitu loh” lanjutnya membuat kedua orang itu bernafas lega.


“Dasar si Sus, saya kira apa, bikin deg-degan aja ah” kata Jono.

“Emang bapak kira apa ?” tanyanya lagi sambil menjatuhkan pantatnya pada bangku panjang dan duduk di sebelah Jono.

“Wow, hoki gua” kata pria itu dalam hati kegirangan.

“Dikirain suster ngesot yah Jo hahaha” timpal Pak Maman mencairkan suasana.

“Hehehe iya dikira suster ngesot, nggak taunya suster cantik” kedua pria itu tertawa untuk menghangatkan suasana.

“Kalau ternyata memang iya gimana Pak” kata gadis itu dengan suara pelan dan kepala tertunduk yang kembali membuat kedua pria itu merinding melihat gelagat aneh itu.

Tiba-tiba gadis itu menutup mulutnya dengan telapak tangan dan tertawa cekikikan.

“Hihihi…bapak-bapak ini lucu ah, sering jaga malam kok digituin aja takut” tawanya.

“Wah-wah suster ini kayanya kebanyakan nonton film horror yah, daritadi udah dua kali bikin kita nahan napas aja” kata Pak Maman.

“Iya nih, suster baru kok nakal ya, awas Bapak laporin loh” kata Jono menyenggol tubuh samping gadis itu.

Sebentar kemudian suster itu baru menghentikan tawanya, dia masih memegang perutnya yang kegelian.

“Hihi…iya-iya maaf deh bapak-bapak, emang saya suka cerita horror sih jadi kebawa-bawa deh” katanya.

“Sus kalau di tempat gini mending jangan omong macem-macem deh, soalnya yang gitu tuh emang ada loh” sahut Pak Maman dengan wajah serius.


“Iya Pak, sori deh” katanya “eh iya nama saya Virna, suster baru disini, maaf baru ngenalin diri…emmm Bapak Jono yah” sambil melihat plat nama di dada satpam itu.

“Kalau saya Suherman, tapi biasa dipanggil Maman aja, saya yang jaga kamar mayat disini” pria setengah baya itu memperkenalkan diri.

“Omong-omong Sus ini mau kemana sebenarnya ?” tanya si satpam.

“Ya itu liat-liat aja, kalau udah ngantuk baru bobo ntar, ga tau nih kok rasanya belum ngantuk aja sih” katanya. “eerr…maaf ada yang punya rokok gak, boleh minta satu”

Mereka tersenyum lalu merogoh kantongnya untuk mengeluarkan bungkus rokok masing-masing.

“Oke deh, saya ambil yang Pak Maman aja, apinya dari Pak Jono” kata Virna karena kedua pria itu dengan cepat menyodorkan bungkus rokok yang sudah dibuka ke arahnya.

Diambilnya sebatang dari bungkus si penjaga kamar mayat lalu disulutkannya pada lighter si satpam.

“Berani juga yah Sus ini, baru masuk udah berani ngerokok” kata Jono sambil memandang wajah cantik yang sedang mengepulkan asap dari mulutnya.

“Iya abis gimana Pak, suntuk banget sih, lagian dikit-dikit aja kok, biasanya sih jarang saya ngerokok gini”

Malam itu mereka mereka merasa beruntung sekali mendapat teman ngobrol seperti suster Virna, biasanya suster-suster lain paling hanya tersenyum pada mereka atau sekedar memberi salam basa-basi.


Merekapun terlibat obrolan ringan, kedua pria itu tidak lagi mempedulikan permainan caturnya dan mengalihkan perhatiannya pada suster Virna yang ayu itu. Sejak awal tadi mereka sudah terpesona dengan gadis ini. Pria normal mana yang tidak tertarik dengan gadis berkulit putih mulus berwajah kalem seperti itu, rambut hitamnya disanggul ke belakang sehingga menampakkan leher jenjangnya, tubuhnya yang ramping lumayan tinggi (168 cm), pakaian perawat dengan bawahan sebatas lutut itu menambah pesonanya, dari betisnya yang putih mulus itu sudah terbayang bentuk pahanya yang indah. Jono, si satpam, makin mendekatkan duduknya dengan gadis itu sambil sesekali mencuri pandang ke arah belahan dadanya melalui leher bajunya. Suasana malam yang dingin membuat nafsu kedua pria itu mulai bangkit, apalagi Pak Maman sudah lama ditinggal istri dan Jono sendiri sudah cerai lima tahun yang lalu dan selama ini ia memenuhi kebutuhan biologisnya hanya dengan pelacur-pelacur kelas pinggir jalan yang tentu saja kualitasnya tidak seperseratusnya suster muda di sebelahnya ini. Semakin lama mereka semakin berani menggoda suster muda itu dengan guyonan-guyonan nakal dan obrolan yang menjurus ke porno. Virna sendiri sepertinya hanya tersipu-sipu dengan obrolan mereka yang lumayan jorok itu.

“Terus terang deh Sus, sejak Sus datang kok disini jadinya lebih hanget ya” kata Jono sambil meletakkan tangannya di lutut Virna dan mengelusnya ke atas sehingga pahanya mulai tersingkap.


“Eh…jangan gitu dong Pak, mau saya gaplok yah ?!” Virna protes tapi kedua tangannya yang dilipat tetap dimeja tanpa berusaha menepis tangan pria itu yang mulai kurang ajar.

“Ah, Sus masa pegang gini aja gak boleh, lagian disini kan sepi gini, dingin lagi” katanya makin berani, tangannya makin naik dan paha yang mulus itupun semakin terlihat.

“Pak saya marah nih, lepasin gak, saya itung sampai tiga” wajah Virna kelihatannya BT, matanya menatap tajam si satpam yang tersenyum mesum.

“Jangan marah dong Sus, mendingan kita seneng-seneng, ya ga Jo ?” sahut Pak Maman, entah sejak kapan tiba-tiba saja sudah di sebelahnya sehingga tubuhnya diapit kedua pria tidak tau malu itu.

Penjaga kamar mayat itu dengan berani merangkul bahu Virna dan tangan satunya menyingkap rok suster muda itu di sisi yang lain. Suster itu tidak bergeming, tidak ada tanda-tanda penolakan walau wajahnya masih terlihat marah.

“Satu…” suster itu mulai menghitung namun kedua orang itu malah makin kurang ajar, dan tangannya makin nakal menggerayangi paha yang indah itu, “dua…!” suaranya makin serius.

Entah mengapa suster itu tidak langsung beranjak pergi atau berteriak saja ketika dilecehkan seperti itu. Kedua pria yang sudah kerasukan nafsu itu menganggapnya sandiwara untuk meninggikan harga diri sehingga mereka malah semakin nafsu.

“Tig…” sebelum Virna menyelesaikan hitungannya dan bergerak, si satpam itu sudah lebih dulu mendekapnya dan melumat bibirnya yang tipis.

“Mmm…mmhh !” suster itu berontak dan mendorong-dorong Jono berusaha lepas dari dekapannya namun tenaganya tentu kalah darinya, belum lagi si tua Pak Maman juga mendekapnya serta menaikkan rokknya lebih tinggi lagi. Virna merasa hembusan angin malam menerpa paha mulusnya yang telah tersingkap juga tangan-tangan kasar mengelusinya yang mau tak mau membuatnya terangsang.


“Aahh…jangan…mmhh !” Virna berhasil melepaskan diri dari cumbuan si satpam tapi cuma sebentar, karena ruang geraknya terbatas bibir mungil itu kembali menjadi santapan Jono.

Pak Maman yang mendekap dari belakang meremas-remas dadanya yang masih tertututp seragam suster dan mengelus paha indahnya yang menggiurkan. Virna terus meronta, tapi sia-sia malah pakaiannya semakin tersingkap dan topi perawatnya jatuh ke lantai. Pak Maman melepaskan jaket cardigan pinknya sehingga lengannya yang berkulit halus itu terlihat. Lama-lama perlawanan suster Virna melemah, sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifnya telah meruntuhkan pertahanannya. Birahinya bangkit dengan cepat apalagi suasananya sangat mendukung dengan hujan yang masih mengguyur dan dinginnya malam. Bulu kuduk Virna merinding merasakan sesuatu yang basah dan hangat di lehernya. Ternyata si tua Maman itu sedang menjilati lehernya yang jenjang, lidah itu bergerak menyapu daerah itu sehingga menyebabkan tubuh Virna menggeliat menahan nikmat. Mulut Virna yang tadinya tertutup rapat-rapat menolak lidah Jono kini mulai membuka. Lidah kasap si satpam itu langsung menyeruak masuk ke mulut suster itu dan meraih lidahnya mengajaknya beradu lidah. Virna pun menanggapinya, lidahnya mulai saling jilat dengan lidah pria itu, liur mereka saling tertukar. Sementara Pak Maman mulai melucuti kancing bajunya dari atas, tangan keriput itu menyusup ke dalam cup branya, begitu menemukan putingnya langsung dimain-mainkannya benda itu dengan gemasnya.


Di tengah ketidakberdayaannya melawan kedua brengsek itu, Virna semakin pasrah membiarkan tubuhnya dijarah. Tangan Jono menjelajah semakin dalam, dibelainya paha dalam gadis itu hingga menyentuh selangkangannya yang masih tertutup celana dalam. Sementara atasan Virna juga semakin melorot sehingga terlihatlah bra biru di baliknya.

“Kita ke dalam aja biar lebih enak” kata Pak Maman.

“Iya bener Pak, disini kalau ada yang datang malah berabe” Jono menyetujui.

“Kalian emang kurang ajar yah, kita bisa dapet masalah kalau gak lepasin saya !” Virna masih memperingatkan keduanya.

“Udahlah Sus, kurang ajar- kurang ajar, kan lu juga suka ayo !” Jono narik lengan suster itu bangkit dari kursi, “ntar saya laporin loh ada suster ngerokok di tempat kerja”

“Iya Sus, seneng-seneng dikin napa? Dingin-dingin gini emang enaknya ditemenin cewek cantik kaya Sus” timpal Pak Maman.

Mereka menggelandang suster itu ke ruang di antara kamar mayat dan koridor tempat mereka berjaga. Virna disuruh naik ke sebuah ranjang dorong yang biasa dipakai untuk menempatkan pasien atau jenazah yang hendak dipindahkan. Kedua pria itu langsung menggerayangi tubuh Virna yang terduduk di ranjang. Jono menarik lepas celana dalam gadis itu hingga terlepas, celana itu juga berwarna biru, satu stel dengan branya. Kemudian ia berlutut di lantai, ditatapnya kemaluan suster itu yang ditumbuhi bulu-bulu yang lebat, bulu itu agaknya rajin dirawat karena bagian tepiannya terlihat rapi sehingga tidak lebat kemana-mana. Virna dapat merasakan panasnya nafas pria itu di daerah sensitifnya. Pak Maman mempreteli kancing baju atasnya yang tersisa, lalu bra itu disingkapnya ke atas. Kini terlihatlah payudara suster Virna yang berukuran sedang sebesar bakpao dengan putingnya berwarna coklat.


“Uuuhh…Pak!” desah Virna ketika lidah Pak Maman menelusuri gundukan buah dadanya.Cerpensex

Lidah itu bergerak liar menjilati seluruh payudara itu tanpa ada yang terlewat, setelah basah semua, dikenyotnya daging kenyal itu, puting mungil itu digigitinya dengan gemas.

“Aahh !” tubuh Virna tiba-tiba tersentak dan mendesah lebih panjang ketika dirasakannya lidah panas Jono mulai menyapu bibir vaginanya lalu menyusup masuk ke dalam. Virna sebenarnya jijik melakukan hal ini dengan tua bangka dan satpam bopeng ini, tapi rupanya libidonya membuatnya melupakan perasaan itu sejenak. Mulut Pak Maman kini merambat ke atas menciumi bibirnya, sambil tangannya tetap menggerayangi payudaranya. Sementara di bawah sana, si satpam makin membenamkan wajahnya di selangkangan Virna, lidahnya masuk makin dalam mengais-ngais liang kenikmatan suster muda itu menyebabkan Virna menggelinjang dan mengapitkan kedua paha mulusnya ke kepalanya, topi satpamnya sampai terjatuh tersenggol tangan gadis itu.

“Jo…Jo, lu jaga di luar dulu gih, kalau ada orang datang liat ke sini kan gawat” suruh Pak Maman mengganggu si satpam yang sedang enak-enaknya menikmati vagina Virna, “Ntar kalau ada yang cari bilang gua lagi ke WC”

“Yah si Bapak mau enaknya sendiri, saya juga udah konak nih Pak !” protes Jono.

“Allah, ayolah ntar juga lu dapet bagian, ke orang tua harus ngalah dikit dong, daripada kita kepergok hayo !”

Jono pun terpaksa keluar ruangan itu dengan hati dongkol, tapi dia berpikir benar juga kalau tidak ada yang jaga di luar bakal berisiko ada yang memergoki, maka diapun terpaksa berjaga diluar dengan hati gelisah, ingin segera menikmati tubuh mulus suster Virna yang baginya merupakan kenikmatan terbesar dan terlangka dalam hidupnya.


“Nah, sekarang tinggal kita duaan Sus” kata Pak Maman membuka pakaiannya “pokoknya malam ini Bapak bakal muasin Sus hehehe !”

Virna tertegun melihat pria tua itu sudah telanjang bulat di hadapannya, tubuhnya terbilang kurus sampai tulang rusuknya agak tercetak di kulitnya, namun demikian penisnya yang sudah menegang itu lumayan besar juga dengan bulu-bulu yang sebagian sudah beruban. Dia naik ke ranjang ke atas tubuh gadis itu, wajah mereka saling bertatapan dalam jarak dekat. Pak Maman begitu mengagumi wajah cantik Virna, dengan bibir tipis yang merah merekah, hidung bangir, dan sepasang mata indah yang nampak sayu karena sedang menahan nafsu.

“Pak, apa ga pamali main di tempat ginian ?” tanya Virna.

“Ahh…iya sih tapi masabodo lah, yang penting kita seneng-seneng dulu hehehe” habis berkata dia langsung melumat bibir gadis itu.

Mereka berciuman dengan penuh gairah, Virna melingkarkan tangannya memeluk tubuh tua Pak Maman. Ia masih memakai seragam susternya yang sudah terbuka dan tersingkap dimana-mana, bagian roknya saja sudah terangkat hingga pinggang sehingga kedua belah pahanya yang jenjang dan mulus sudah tidak tertutup apapun. Pak Maman sudah lama tidak menikmati kehangatan tubuh wanita sejak ditinggal mati istrinya sehingga dia begitu bernafsu berciuman dan menggerayangi tubuh Virna. Mendapat kesempatan bercinta dengan gadis seperti Virna bagaikan mendapat durian runtuh, belum pernah dia merasakan yang secantik ini, bahkan almarhum istrinya ketika muda pun tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengannya.


Setelah lima menitan berciuman sambil bergesekan tubuh dan meraba-raba, mereka melepas bibir mereka dengan nafas memburu. Pak Maman mendaratkan ciumannya kali ini ke lehernya. Kemudian mulutnya merambat turun ke payudaranya, sebelumnya dibukanya terlebih dulu pengait bra yang terletak di depan agar lebih leluasa menikmati dadanya.

“Eemmhh…aahhh…aahh !” desahnya menikmati hisapan-hisapan penjaga kamar mayat itu pada payudaranya, tangannya memeluk kepala yang rambutnya sudah tipis dan beruban itu.

Virna merasakan kedua putingnya semakin mengeras akibat rangsangan yang terus datang sejak tadi tanpa henti. Sambil menyusu, pria itu juga mengobok-obok vaginanya, jari-jarinya masuk mengorek-ngorek liang senggamanya membuat daerah itu semakin basah oleh lendir.

“Bapak masukin sekarang yah, udah ga tahan nih !” katanya di dekat telinga Virna.

Virna hanya mengangguk. Pak Maman langsung menempelkan penisnya ke mulut vagina gadis itu. Terdengar desahan sensual dari mulut gadis itu ketika Pak Maman menekan penisnya ke dalam.

“Uuhh…sempit banget Sus, masih perawan ga sih ?” erang pria itu sambil terus mendorong-dorongkan penisnya.

Virna mengerang dan mencengkram kuat lengan pria itu setiap kali penis itu terdorong masuk. Setelah beberapa kali tarik dorong akhirnya penis itu tertancap seluruhnya dalam vagina suster itu.

“Weleh-weleh, enaknya, legit banget Sus padahal udah gak perawan” komentar pria itu, “pernah sama siapa nih Sus sebelumnya, kalo boleh tau ?”

Sebagai jawabannya Virna menarik wajah pria itu mendekat dan mencium bibirnya, agaknya dia tidak berniat menjawab pertanyaan itu.


Pak Maman mulai menggoyangkan pinggulnya memompa vagina gadis itu. Desahan tertahan terdengar dari mulut Virna yang sedang berciuman. Pria itu memulai genjotan-genjotannya yang makin lama makin bertenaga. Lumayan juga sudah seusia kepala enam tapi penisnya masih sekeras ini dan sanggup membuat gadis itu menggelinjang. Dia mahir juga mengatur frekuensinya agar tidak terlalu cepat kehabisan tenaga. Sambil menggenjot mulutnya juga bekerja, kadang menciumi bibir gadis itu, kadang menggelitik telinganya dengan lidah, kadang mencupangi lehernya. Virna pun semakin terbuai dan menikmati persetubuhan beda jenis ini. Dia tidak menyangka pria seperti si penjaga kamar mayat itu sanggup membawanya melayang tinggi. Pria itu semakin kencang menyodokkan penisnya dan mulutnya semakin menceracau, nampaknya dia akan segera orgasme.

“Malam masih panjang Pak, jangan buru-buru, biar saya yang gerak sekarang !” kata gadis perawat itu tanpa malu-malu lagi.Cerpensex

Pak Maman tersenyum mendengar permintaan suster itu. Merekapun bertukar posisi, Pak Maman tiduran telentang dan Virna menaiki penisnya. Batang itu digenggam dan diarahkan ke vaginanya, Virna lalu menurunkan tubuhnya dan desahan terdengar dari mulutnya bersamaan dengan penis yang terbenam dalam vaginanya. Mata Pak Maman membeliak saat penisnya terjepit diantara dinding kemaluan Virna yang sempit. Ia mulai menggerakkan tubuhnya naik turun dengan kedua tangannya saling genggam dengan pria itu untuk menjaga keseimbangan.


“Sssshhh…oohh…yah…aahh !” Virna mengerang sambil menaik-turunkan tubuhnya dengan penuh gairah.

Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu di pintu, dilihatnya Jono, si satpam itu sedang mengintip adegan panas mereka melalui pintu yang dibuka sedikit. Virna malah tersenyum nakal ke arahnya, sambil terus menggoyang tubuhnya. Tangannya meraih ujung roknya lalu ditariknya ke atas seragam yang berupa terusan itu hingga terlepas dari tubuhnya. Seragam itu dijatuhkannya di lantai sebelah ranjang itu, tidak lupa dilepaskannya pula bra yang masih menyangkut di tubuhnya sehingga kini tubuhnya yang sudah telanjang bulat terekspos dengan jelas. Sungguh suster Virna memiliki tubuh yang sempurna, buah dadanya montok dan proporsional, perutnya rata dan kencang, pahanya juga indah dan mulus, sebuah puisi kuno melukiskannya sebagai kecantikan yang merobohkan kota dan meruntuhkan negara. Jono menutup lagi pintu itu dan kembali ke mejanya, dia sudah tidak sabar menunggu gilirannya. Dia berusaha tidak melakukan masturbasi agar bisa melampiaskannya semaksimal mungkin pada suster itu. Jono hanya bisa gelisah telah menunggu lebih dari dua puluh menit, dua batang rokok telah dihabiskannya. Ternyata perintah Pak Maman untuk berjaga di depan tidak salah karena tak lama kemudian di dengarnya langkah kaki.

“Wei, jangan terlalu ribut dulu ada yang datang” Jono melongokkan kepala ke dalam untuk memperingatkan Pak Maman dan Virna yang sedang berasyik-masyuk.

Virna pun terpaksa mengurangi ritmenya agar desahannya tidak terlalu kencang.


“Eh, Dokter Ary…pagi, ngapain nih jam segini ?” sapanya pada orang itu yang adalah salah satu dokter yang shift malam.

“Pagi, biasalah, jaga…abis dari WC sekalian ngontrol, serem juga yah jam segini disana sepi gitu…eh iya, omong-omong Pak Maman mana ?” tanya dokter berusia 40an itu.

“Sakit perut tuh katanya, lagi ke WC yang disana, makannya saya jaga disini dulu”

“Oh gitu yah, ok deh Jo, saya balik ke dalem dulu yah” pria itu berpamitan.

“Omong-omong Dok, suster-suster baru belakangan ini cakep-cakep juga yah hehehe”

“Ah, tau aja lu Jon, tapi emang iya sih saya udah liat beberapa fotonya, katanya besok siang baru datang sini” jawab Dokter Ary sambil berlalu.

“Besok?” Jono bertanya dalam hati dengan heran “ketinggalan info kali lu, orang di dalem sana udah ada satu kok hehehe”

Jono kembali dan memberi tanda pada mereka bahwa sudah aman.

“Cepetan dong Pak Maman, udah kebelet nih !” sahutnya.

“Iya-iya sebentar lagi nih sabar !”

Kembali Virna dan penjaga kamar mayat itu memacu tubuhnya dalam posisi woman on top. Virna demikian liar menaik-turunkan tubuhnya di atas penis Pak Maman, dia merasakan kenikmatan saat penis itu menggesek dinding vagina dan klitorisnya.

“Ayo manis, goyang terus…ahh…enak banget !” kata Pak Maman sambil meremasi payudara gadis itu.

Wajah Virna yang bersemu merah karena terangsang berat itu sangat menggairahkan di mata Pak Maman sehingga dia menarik kepalanya ke bawah agar dapat mencium bibirnya.


Akhirnya Virna tidak tahan lagi, ia telah mencapai orgasmenya, mulutnya mengeluarkan desahan panjang. Pak Maman yang juga sudah dekat puncak mempercepat hentakan pinggulnya ke atas dan meremasi payudara itu lebih kencang. Ia merasakan cairan hangat meredam penisnya dan otot-otot vagina suster itu meremas-remasnya sehingga tanpa dapat ditahan lagi spermanya tertumpah di dalam. Setelah klimaksnya selesai tubuh Virna melemas dan tergolek di atas tubuh tua itu. Virna yang baru berusia 24 tahun itu begitu kontras dengan pria dibawahnya yang lebih pantas menjadi kakeknya, yang satu begitu ranum dan segar sementara yang lain sudah bau tanah.

“Asyik banget Sus, udah lama saya gak ginian loh !” ujar Pak Maman dengan tersenyum puas.

“Yuk udah kan Pak Maman, gantian dong !” terdengar suara Jono dari pintu sana.

“Iya-iya tunggu saya pake baju dulu” jawab Pak Maman, “udah dulu yah Sus, gantian sama si Jono dulu, saya harus jaga lagi”

Setelah memakai kembali pakaiannya Pak Maman mempersilakan si satpam mengambil gilirannya.

“Tuh sana, selamat ngentot, pokoknya asoy banget deh” katanya, “eh tadi siapa emang yang dateng ?”

“Dokter Ary, tenang dia cuma abis dari WC aja kok, sekarang Bapak yang jaga yah !”

Jono buru-buru masuk dan menemukan tubuh telanjang Virna yang sedang duduk di ranjang dorong itu.

“Hehehe…sekarang sama saya yah Sus, dijamin lebih puas daripada sama Pak Maman tadi” katanya sambil membuka jaket dan meletakkannya di sebuah meja.


Virna turun dari ranjang dan berjalan menghampirinya. Jantung Jono semakin berdegub melihat suster cantik itu sudah berdiri di hadapannya tanpa sehelai benangpun di tubuhnya. Butir-butir keringat masih nampak di tubuhnya yang putih mulus bekas pergumulan dengan Pak Maman tadi. Virna membantu membukakan pakaiannya, ketika melepaskan kemejanya, Jono merasakan telapak tangan lembut gadis itu membelai dadanya, enak sekali sampai matanya terpejam menikmati. Virna melemparkan kemeja itu ke meja tempat Jono menaruh jaketnya. Setelah bagian atas lepas, kini gadis itu berlutut di depannya. Tangannya bergerak lincah membuka sabuknya dan meloroti resleting celananya.

“Gile nih malem, ga nyangka bisa dapet yang ginian” dia seperti masih belum percaya hal yang dialaminya itu.

Lidah Virna bergerak liar menjilati batang penis yang hitam itu sambil tangannya melakukan gerakan mengocok. Setelah batang itu basah oleh ludahnya, ia membuka mulut dan memasukkan benda itu ke dalamnya. Penis itu dihisap-hisap sampai Jono merem-melek keenakan. Virna sendiri sebenarnya merasa mulutnya kepenuhan dengan penis sebesar itu, namun dia tidak perlu waktu lama untuk beradaptasi.

“Uuhh…enak Sus, enak banget !” erang Jono sambil meremas-remas rambut Virna.

Tubuh Jono bergetar menahan nikmatnya dioral suster itu terlebih ketika lidah itu menjilati kepala penisnya yang bersunat. Tidak ingin orgasme terlalu dini, diangkatnya tubuh Virna hingga berdiri dan digiringnya ke arah ranjang dorong tadi.


Virna duduk di tepi ranjang sementara Jono berdiri diantara kedua belah pahanya. Bibir mereka beradu dan berciuman dengan penuh gairah. Tangan kasar Jono bergerilya menjamahi punggung, payudara dan pahanya. Di tengah percumbuan nan panas itu Jono menarik lepas sanggul Virna sehingga rambutnya indahnya yang hitam legam itu tergerai hingga sebatas dada atas.

“Aaahh…pelan-pelan Pak !” desah Virna ketika satpam itu melesakkan penisnya ke vaginanya.

Penis satpam itu lebih besar dan keras dari milik Pak Maman sehingga walaupun vagina Virna sudah becek tetap saja ada rasa nyeri waktu benda itu memasukinya.

“Sshh…tahan yah Sus, sempit sekali nih, uuuhh !” eragnya sambil terus mendorong masuk penisnya.

Setelah masuk setengahnya, didesakkannya penis itu dalam-dalam hingga masuk semua. Virna menggeliat dan mendesah menerima sodokan itu. Jono mulai menyetubuhi Virna yang duduk di ranjang sambil berdiri. Ukuran penisnya yang besar itu memberi rasa nyeri pada Virna terutama ketika gerakannya kasar. Kesesakannya justru menyebabkan gesekan dengan dinding vagina dan klitoris lebih terasa. Lama-lama Virna pun sudah melupakan sakitnya dan hanyut dalam kenikmatan. Agen Slot Online Terpercaya

“Oh…Pak…terussshh…!” mulut Virna menceracau

Di tengah dinginnya malam dan hujan yang sudah tinggal rintik-rintik tubuh mereka malah berkeringat karena bergairahnya percintaan itu. Mereka bagaikan,


Bebek mandarin bermain di air,

Burung phoenix melintasi bebungaan.

Dengan birahi mereka berjalin bak tanaman rambat,

Tubuh mereka berpadu dalam kegairahan.

Ujung lidah sang gadis menghantarkan liur yang manis,

Pinggangnya yang seperti willow dipenuhi nafsu,

Bibirnya yang seperti ceri menghantarkan nafas berat.

Mata berbinar, butir keringat mengalir dari tubuh harumnya

Dada lembut berguncang, embun menitik di kulit sang gadis.

Sang pria merasakan kecantikan bak dewi,

Bagaikan harimau lapar menerkam domba

Sang gadis dalam buaian kenikmatan,

Bagaikan ikan haus dalam air

Tetesan air surga jatuh ke dalam dua helai kelopak teratai merah.Cerpensex

Menatap wajah cantik Virna yang sedang terangsang berat dengan rambut telah terurai itu menambah semangat satpam itu. Frekuensi genjotannya semakin naik membuat ranjang itu bergoyang-goyang. Sambil terus menggenjot Jono dengan nikmatnya melumat payudara Virna yang membusung, sebentar saja kulit payudara itu sudah penuh dengan ludah dan bekas cupangan yang memerah.

“Oohh…saya…saya keluar Pak…aaahh…aahh !” erang Virna tanpa malu-malu.

Gadis itu memeluk erat-erat tubuh kekar si satpam sambil mengeluarkan cairan orgasme dari vaginanya yang menyebabkan penis pria itu semakin lancar menyodokinya. Tubuhnya terlonjak-lonjak seperti kesetrum dan mulutnya mengerang nikmat. Virna sangat puas dan lemas sekali setelah orgasme panjang itu, namun pria itu masih terus memompa vaginanya. Hingga lima menit setelah orgasmenya, Virna belum merasakan tanda-tanda pria itu akan klimaks, dia begitu perkasa baginya sehingga gairahnya kini mulai naik lagi. Jono mengajaknya berganti gaya, disuruhnya suster itu menungging di atas ranjang lalu ia memposisikan diri di belakangnya untuk melakukan doggie style. Diarahkannya penis itu pada vaginanya yang sudah penuh dengan cairan yang meluber membasahi daerah selangkangan dan paha dalamnya. Kali ini dia tidak terlalu sulit melakukan penetrasi berkat bantuan cairan itu. Setiap kali Jono menggenjot terdengar bunyi tumbukan yang timbul dari beradunya pantat gadis itu dengan selangkangannya.

“Enak…terus…iyah gitu terus !” Virna mendesah sambil ikut menggoyangkan pinggulnya sehingga penis itu menancap makin dalam.


Ketika sedang asyik menunggangi Virna, tiba-tiba pintu membuka dan masuklah Pak Maman yang nafsunya bangkit lagi dan minta jatah sekali lagi.

“Itu diluar gak ada yang jaga gimana ?” tanya Jono.

“Jam segini udah sepi banget disini, tenang aja, lagian cuma sebentar kok, gua ngaceng lagi nih !” katanya.

Karena ranjang itu tidak muat untuk tiga orang terpaksa mereka turun ke lantai. Jono meneruskan genjotan doggie stylenya sementara Pak Maman duduk di sebuah bangku dengan celana sudah dipeloroti. Virna sambil bersandar pada paha Pak Maman mengoral penis itu sesuai yang dimintanya. Tangan Jono terus saja menggerayangi tubuh Virna, kadang diremasnya payudara atau pantatnya dengan keras sehingga memberi sensasi perih bercampur nikmat bagi gadis itu. Sedangkan Pak Maman sering menekan-nekan kepala gadis itu sehingga membuat Virna terkadang gelagapan.

“Gila nih duaan barbar banget sih” kata Virna dalam hati.

Walau kewalahan dithreesome seperti ini, namun tanpa dapat disangkal Virna juga merasakan nikmat yang tak terkira. Tak lama kemudian Jono mencabut penisnya lalu berpindah ke depan. Virna kini bersimpuh di depan kedua pria yang senjatanya mengarah padanya menuntut untuk diservis olehnya. Virna menggunakan tangan dan mulutnya bergantian melayani kedua penis itu hingga akhirnya penis Jono meledak lebih dulu ketika ia menghisapnya.


Sperma si satpam langsung memenuhi mulut gadis itu, sebagian masuk ke kerongkongannya sebagian meleleh di bibir indah itu karena banyaknya. Pria itu melenguh dan berkelejotan menikmati penisnya dihisap gadis itu. Tak lama kemudian Pak Maman pun menyemburkan isi penisnya dalam kocokan Virna, cairan itu mengenai wajah samping dan sebagian rambutnya. Tubuh Virna pun tak ayal lagi penuh dengan keringat dan sperma yang berceceran.

“Sus hebat banget, sepongannya dahsyat, saya jadi kesengsem loh” puji Jono ketika beristirahat memulihkan tenaga.

“Sering-sering main sini yah Sus, saya kalau malem kan sering kesepian hehehe” goda Pak Maman.

“Iya Non, gimana mau kan sering-sering main sama kita ?” tanya Jono sambil meremas pantat Virna yang berkaca dan menata kembali rambutnya.

Virna tersenyum dengan hanya melihat pantulan di cermin, katanya, “Kenapa nggak, saya puas banget malem ini, mulai sekarang saya pasti sering mendatangi kalian”

Jam telah menunjukkan pukul setengah dua kurang, berarti mereka telah bermain cinta selama hampir satu setengah jam. Virna pun berpamitan pada mereka setelah memakai jaket pinknya. Sebelum berpisah ia menghadiahkan masing-masing sebuah ciuman di mulut. Jono membalas ciuman itu dengan bernafsu, dipeluknya tubuh langsing itu sambil meremas pantatnya selama dua menitan.

“Nakal yah, ok saya masuk dulu yah !” katanya sebelum membalik badan dan berlalu.

Lelah sekali mereka setelah menguras tenaga dengan perawat cantik itu sehingga selama sisa waktu itu agak terkantuk-kantuk. Setelah pagi mereka pun pulang dan tertidur di tempat masing-masing dengan perasaan puas.


###


Sore harinya jam lima, ketika sedang bersantai di sebuah warung sambil menikmati pisang goreng dan kopinya, Jono terperangah melihat berita sore di televisi.

“Seorang perawat bernama Virna Darmawan, berusia 24 tahun, ditemukan tewas mengenaskan di kamar mandi kostnya. Tubuhnya ditemukan dalam keadaan telanjang bulat di bawah siraman shower, kematiannya disebabkan oleh arus listrik yang bocor saat sedang mandi. Jenazah korban baru saja ditemukan pagi ini jam delapan oleh seorang teman kostnya. Sementara waktu kematiannya diperkirakan kemarin sore sekitar jam tujuh atau delapan. Jenazah saat ini telah dibawa ke….”

Tubuh Jono seperti mati rasa dengan mulut melongo saat gambar di televisi memperlihatkan foto korban yang tidak lain adalah gadis yang semalam bercinta dengannya. Jantungnya serasa berhenti berdetak dan mulutnya tidak sanggup berkata apa-apa.

“Jo…Jo, kenapa lu, emang lu kenal sama tuh cewek ?” tanya Bu Parti sang pemilik warung melihat reaksi Jono.

“Ehh…ii-iya…iya itu kan suster di rumah sakit saya” jawabnya gugup, “ka-ka-kasian yah, masih muda gitu”

Jono buru-buru membayar tagihannya dan meninggalkan warung itu.


Berita tentang kematian perawat itu menjadi bahan pembicaraan di rumah sakit itu.

“Kasian yah, padahal hari ini dia baru mau masuk kerja disini”

“Kos-kosan jaman sekarang payah, masa keamanannya ga terjamin gitu sih, ini jelas kesalahan pihak kost”

“Masih muda, cantik lagi, tapi nasibnya kok kaya gitu, ck..ck…ck”

Itulah sebagian pembicaraan para dokter, perawat, dan karyawan rumah sakit yang didengar Jono ketika tiba di tempat kerjanya hari itu jam tujuh. Jono semakin ketakutan dan pucat mendengar semua itu, berarti yang semalam itu siapa, manusia atau bukankah itu, seribu satu pertanyaan berkecamuk di benaknya. Hal yang serupa pun dirasakan oleh Pak Maman, ia baru mendengar berita itu ketika tiba di rumah sakit sore itu. Walaupun sudah sering mengalami kejadian-kejadian aneh selama bertugas namun belum pernah menghadapinya secara langsung apalagi sampai bermain cinta seperti kemarin itu.

“Jadi siapa yang kemarin malem main sama kita itu ?” tanya Jono pada Pak Maman di tempat yang sama seperti kemarin.

“Mana gua tau, yang pasti sekarang gua jadi gak enak, gimana kalau dia datengin kita lagi…lu inget kan terakhir dia omong apa” wajah Pak Maman tersirat rasa ketakutan.

Malam itu jam sepuluh ketika mereka bertugas, obrolan mereka masih didominasi kejadian semalam dan kematian perawat muda bernama Virna itu. Angin yang berhembus membangkitkan bulu kuduk apalagi mereka masih dibayang-bayangi kejadian itu.


“Pak nggak sebaiknya kita cari orang pintar aja, saya takutnya ada apa-apa” kata Jono.

“Yah, gimana yah, gini aja…” Pak Maman mendadak menghentikan kata-katanya karena dia merasa ada yang memegang pergelangan kakinya di bawah meja sana.

Jono juga merasakan hal yang sama, mereka terpaku saling memandang satu sama lain, nafas serasa berat dan jantung seakan berhenti berdetak. Pelan-pelan mereka mengarahkan bola matanya ke bawah sana. Virna, sang perawat itu telah berada di sana dengan seragam kerjanya. Rambutnya kini terurai, sebagian menggantung di wajahnya yang pucat. Dia tersenyum pada mereka, namun senyum itu bukanlah senyum semanis kemarin, senyumannya yang sekarang begitu menakutkan, matanya yang merah dengan lingkaran hitam disekelilingnya seperti itu menatap dalam-dalam seolah menembus sampai ke tulang.

“WHUUAAA…!” mereka berteriak bersamaan dan berlarian tunggang langgang.

Cerita Sex Suster Nge….

Subscribe Our Newsletter